Bloomberg Technoz, Jakarta - PT BFI Finance Tbk (BFIN) mencatatkan laba bersih Rp1,6 triliun pada 2023 atau turun 9,01% year on year (yoy) dibandingkan periode sebelumnya, meski sejatinya perusahaan mampu menjaga pertumbuhan pendapatan di level 18%.
Dalam keterangaannya kepada Bursa, Senin (26/2/2024), total pendapatan perusahaan multifinance milik Garibaldi Thohir dan Jerry Ng ini mencapai Rp6,4 triliun, hasil dari capaian nilai pembiayaan baru sepanjang 2023 yang tercatat Rp19,1 triliun.
New booking mencatat penurunan 5%, sebagai imbas dari keputusan perusahaan menghentikan sistem oeprasional usai terdeteksi adanya serangan siber pada akhir semenster I-2023, kata Direktur Keuangan BFI Finance Sudjono.
Atas kondisi ini, lanjut Sudjono, BFIN segera melakukan recovery dan penyesuaian di berbagai lini. Pekerjaan tersebut tuntas pada kuartal keempat tahun lalu sehingga BFIN kembali mendorong operasional pada akhir kuartal. Selama periode tersebut terjadi pertumbuhan pembiayaan baru 11,3% dibandingkan kuartal sebelumnya (quarter-on-quarter/qoq).
Pada akhir Desember tahun lalu BFI Finance hanya mengumpulkan pundi-pundi keuntungan Rp1,6 triliun, lebih rendah 9% dari sebelumnya Rp1,8 triliun. Total pendapatan naik 18% dibandingkan tahun 2022 menjadi Rp6,4 triliun.
Sementara itu nilai aset baru BFIN naik 9,4% yoy menjadi Rp24 triliun dibandingkan sebelumnya, Rp21,9 triliun. Besarnya kelolaan aset yang dimiliki oleh BFIN saat ini terkontribusi dari bertumbuhnya total piutang pembiayaan yang dikelola (managed receivables) sebesar 7,4% dari Rp20,5 triliun menjadi Rp22 triliun.
Di sisi risiko kredit, rasio pembiayaan bermasalah (Non-Performing Financing/NPF) bruto 1,36% dan level neto 0,15% hingga 31 Desember 2023. Rasio NPF bruto perusahaan diklaim lebih rendah dibandingkan peer-nya yang rata-rata berada di level bruto 2,44%.
“Kami merespons tantangan sebagai peluang untuk bertumbuh dan semakin adaptif di segala kondisi. Kami fokus pada target konsumen yang tepat, proses pembiayaan yang efektif dengan menyesuaikan kepada risk appetite dan policy Perusahaan, serta posisi kapasitas penagihan (collection) yang seimbang,” terang Sudjono.
Untuk Imbal Hasil Rata-Rata atas Aset (RoAA) dan Imbal Hasil Rata-Rata atas Ekuitas (RoAE) berada pada level 8,4% dan 17,7% per Desember 2023, juga diklaim lebih tinggi dibandingkan rata-rata industri pembiayaan, masing-masing 5,6% dan 15,0%. “Dengan segala dinamika yang terjadi di tahun 2023, kami berkomitmen untuk tetap tumbuh secara sehat,” ujar Sudjono.
Bisnis pembiyaaan BFI Finance masih dominan pada kendaraan roda empat dan roda dua atau sebesar 62,7%. selanjutnya pembiayaan alat berat dan mesin 14,9%, pembiayaan untuk pembelian unit kendaraan roda empat bekas dan baru 14,0%, pembiayaan beragun sertifikat properti 4,4%, serta pembiayaan berbasis syariah 4,0%.
Untuk mendukung sumber perdanaan, BFI mengandalkan pinjaman perbankan dan penerbitaan surat utang dalam bentuk Obligasi Rupiah. Tercatat tahun lalu perusahaan telah tiga kali menerbitkan obligasi baru yakni Obligasi Berkelanjutan V BFI Finance Indonesia Tahap III, IV, dan V Tahun 2023, dengan nilai perolehan seluruhnya mencapai Rp3,8 triliun.
Tahun lalu, BFI Finance merambah ke sektor pembiayaan kendaraan roda dua berbasis energi listrik (electric vehicle/EV) dengan skala terbatas. Sedangkan untuk strategi dan arah bisnis tahun 2024, BFI Finance akan fokus pada perluasan jaringan berbasis digital sehingga tidak ada pembukaan jaringan fisik kantor cabang di area baru.
BFI juga akan mengembangkan produk keuangan baru serta optimalisasi produk yang sudah berjalan saat ini. “BFI Finance telah mengambil langkah inovatif sejak tahun 2020 dengan menyempurnakan cara kerja dan model operasional kami. Langkah ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang Perusahaan untuk meningkatkan daya saing dan pertumbuhan bisnis,” kata Sudjono.
(mfd/wep)