Logo Bloomberg Technoz

Pilpres Picu Kekhawatiran Asing tentang Risiko Defisit APBN

Redaksi
08 February 2024 08:50

Capres Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo saat debat kelima di JCC, Jakarta, Minggu (4/2/2024). (Dok: Bloomberg)
Capres Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo saat debat kelima di JCC, Jakarta, Minggu (4/2/2024). (Dok: Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Posisi Indonesia sebagai salah satu favorit para investor surat utang global mungkin terancam dengan semakin dekat jadwal Pemilu dan Pilpres yang akan dilangsungkan kurang dari sepekan ke depan. Pengelola modal global memilih untuk menahan diri menunggu sampai terlihat kejelasan arah kebijakan ekonomi pemerintahan baru hasil Pilpres nanti. 

Sejak awal tahun sampai data transaksi 7 Februari lalu, modal asing hanya membukukan posisi beli bersih di SBN senilai Rp250 miliar, setelah pada 25 Januari masih mencatat posisi beli bersih senilai Rp7,11 triliun.

Semakin dekat jadwal pemungutan suara pada 14 Februari nanti, para investor pemegang surat utang RI melihat ada risiko pelonggaran disiplin fiskal yang mendasari kenaikan surat utang hingga 10% tahun lalu. Beberapa pengelola dana global, seperti T. Rowe Price yang berpusat di Maryland, Amerika Serikat dan Pictet Asset Management, telah mengurangi kepemilikannya atas surat utang berdenominasi rupiah, seperti diwartakan oleh Bloomberg News, Kamis (8/2/2024).

Pemodal asing banyak melepas kepemilikan di surat berharga (SBN) baik SUN maupun SBSN mengantisipasi ketidakpastian hasil Pemilu (Bloomberg)

Ada banyak hal yang dipertaruhkan bagi siapa pun yang memenangkan pemilu karena masuknya dana asing membantu mengecilkan defisit anggaran ke level terendah dalam 12 tahun dan sangat penting bagi ambisi Indonesia menjadi pusat manufaktur baterai global. Masuknya dana asing secara terus-menerus juga akan membantu Indonesia mengalahkan lagi India yang memiliki surat utang dengan imbal hasil tinggi dan kini menjadi favorit di daftar portfolio investor. 

“Kami mengharapkan postur fiskal yang lebih ekspansif,” kata Leonard Kwan, Portfolio Manager di T. Rowe di Hong Kong, dikutip dari Bloomberg News. “Indonesia telah menunjukkan kinerja yang sangat baik dalam hal manajemen yang bertanggung jawab dan pragmatis. Namun mungkin mereka belum sepenuhnya menyadari potensi pertumbuhan bagi Indonesia. Pemerintahan baru mungkin akan mencoba lebih banyak lagi ke arah itu.”