Logo Bloomberg Technoz

Bank Digital RI Belum Mampu Geser yang Konvensional, Ini Sebabnya

Krizia Putri Kinanti
11 March 2023 10:52

Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk atau BCA, Jahja Setiaatmadja. (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk atau BCA, Jahja Setiaatmadja. (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Presiden Direktur (Presdir) BCA Jahja Setiaatmadja menyampaikan pandangannya perihal tumbuhnya bank-bank digital di Indonesia. Jahja menjelaskan bahwa sebenarnya untuk mendapatkan keuntungan, hal yang paling penting bukan soal banyaknya jumlah rekening nasabah. Namun yang perlu dicatat adalah aktivitas di rekening tersebut.

"Kalau mau lihat profitable atau tidak, bukan jumlah rekeningnya yang dilihat tapi aktivitas dari rekening itu harus betul-betul dipakai untuk transaksi. Kenapa? Karena kalau aplikasinya dipakai untuk transaksi pasti nasabah akan menjaga saldonya. Saldo ini bisa dipakai oleh bank untuk di-leverage di kredit," kata Jahja ketika diwawancarai oleh Bloomberg Technoz belum lama ini.

Sekalipun kata dia banyak yang membuka rekening di bank digital namun apabila menjadi saldo tidur, tidak akan mendatangkan profit. Namun juga yang paling penting adalah bagaimana sebuah bank bisa mempromosikan dengan baik produk-produk banknya agar disambut dan digunakan konsumen.

"Nah hasilnya itu tergantung, ada yang hasilnya bagus, ada juga yang enggak narik sama sekali. Itu strategi masing-masing bank, bagaimana cara mereka mau mempromosikan produk-produk mereka di pasar," lanjutnya.

Diketahui bank digital semakin bertumbuh di Indonesia. Secara total, transaksi digital di seluruh dunia sejak tahun 2017–2021 tumbuh sebesar 118% yakni US$ 3,09 triliun pada 2017 menjadi US$ 6,75 triliun pada tahun 2021 (Statista, 2021). Di Indonesia, perkembangan transaksi digital tumbuh jauh lebih tinggi yakni sebesar 1.556 persen dalam kurun tahun 2017–2020 sebagaimana data Bank Indonesia.