Logo Bloomberg Technoz

Badai PHK Berlanjut, Daya Beli Bisa Makin Susut

Ruisa Khoiriyah
19 January 2024 15:15

Ilustrasi buruh pabrik garmen. (Qilai Shen/Bloomberg)
Ilustrasi buruh pabrik garmen. (Qilai Shen/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Penyerapan tenaga kerja yang menurun dua kuartal beruntun di tengah kelesuan dunia usaha kala gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) masih marak, dapat semakin membebani kekuatan daya beli masyarakat yang sudah cukup tertekan sejauh ini.

Pelaku usaha masih cenderung menahan ekspansi, terindikasi dari tingkat utilisasi kapasitas produksi yang menurun pada kuartal terakhir 2023 lalu di mana hal itu sebenarnya menjadi respon dari permintaan pasar yang masih lesu baik dari domestik maupun ekspor. Seperti lingkaran setan, penurunan penyerapan tenaga kerja berarti ada banyak kalangan masyarakat yang penghasilannya terhenti sehingga daya belinya pun pupus. 

Survei terakhir yang dilansir oleh Bank Indonesia mencatat, penyerapan tenaga kerja pada kuartal IV-2023 menurun menjadi 1,12% dari 3,76% pada kuartal sebelumnya. Walau pada kuartal 1-2024 diprediksi ada kenaikan penyerapan tenaga kerja, akan tetapi menimbang ekspansi yang masih tertahan dari pelaku usaha akibat permintaan yang lesu dan sikap cenderung wait and see jelang Pemilu 2024, laju penyerapan tenaga kerja mungkin masih belum kencang.

Alih-alih, gelombang PHK justru masih berlanjut. Terbaru, sebanyak 1.500 pekerja pabrik ban di kawasan industri Cikarang, dipaksa kehilangan pekerjaan karena pemilik usaha memilih tutup pabrik dan merelokasi usaha di tempat lain, seperti dilansir dari media lokal. Ini menjadi kabar PHK kesekian di industri padat karya.

Data terakhir yang dilansir oleh Kementerian Tenaga Kerja baru sampai semester 1-2023 di mana selama enam bulan pertama tahun lalu, sekitar 26.400 buruh di berbagai provinsi kehilangan pekerjaan.