Logo Bloomberg Technoz

Tabungan Banyak Dipakai Belanja, Waspadai Tekanan Konsumsi

Dovana Hasiana
22 December 2023 11:08

Ilustrasi Rupiah. (Dimas Ardian/Bloomberg)
Ilustrasi Rupiah. (Dimas Ardian/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Juda Agung menilai pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) perbankan yang rendah saat ini bukan berarti kondisi likuiditas tengah ketat. Perlambatan nilai dana masyarakat di bank di mana hanya tumbuh 3,04% pada November lalu, terkait dengan situasi likuiditas pada 2020-2022 ketika Indonesia masih dibekap oleh pandemi.

Namun, di sisi lain, pola konsumsi di mana belanja untuk makanan saat ini meningkat lebih banyak dibandingkan belanja secondary goods atau kebutuhan sekunder, memberi sinyal kemungkinan terjadinya tekanan terhadap konsumsi masyarakat yang menjadi ciri perlambatan ekonomi, menurut pandangan ekonom.

"Pertumbuhan DPK sekarang ini lambat tapi ini karena ada excess saving pada 2020-2022 ketika pandemi Covid-19 di mana orang tidak konsumsi. Kini begitu [pandemi usai], tabungan dipakai untuk konsumsi. Jadi untuk pertumbuhan DPK [yang rendah] ini tidak khawatir karena rata-rata empat tahun terakhir pertumbuhan normal di 8%," jelas Juda dalam acara Outlook Perekonomian Nasional di Jakarta, Jumat (22/12/2023).

Beberapa indikator juga memperlihatkan kondisi likuiditas di perbankan masih cukup longgar. Alat Likuid terhadap DPK pada November ada di angka 26,04%. 

Kebijakan KLM (Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial) BI sejauh ini juga sudah terkucur Rp163,3 triliun atau naik Rp55 triliun sejak penerapan KLM 1 Oktober lalu.