Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Bank sentral paling berpengaruh di dunia, Federal Reserve (The Fed), diprediksi akan memangkas bunga acuan paling cepat pada Maret 2024. Ini menurut perkiraan tim ekonom Bloomberg.

Data inflasi Personal Consumption Expenditure (PCE) yang dirilis semalam, mencatat inflasi PCE sebesar 3% year-on-year dan 0% month-to-month, keduanya di bawah prediksi pasar. Sementera inflasi inti PCE pada Oktober tercatat sesuai konsensus pasar.

Data tersebut semakin memperlihatkan laju penurunan inflasi Amerika Serikat (AS) sudah berada di jalur yang tepat dan memperkuat perkiraan pasar bahwa langkah berikut dari The Fed adalah tahan dan memulai penurunan bunga tahun depan. 

Dalam ulasan terbaru tim ekonom Bloomberg Economics untuk Amerika, kondisi perekonomian AS memperlihatkan tanda-tanda resesi yang telah dimulai sejak Oktober lalu.

Grafik suku bunga the Fed. (Sumber: Bloomberg)

"Skenario kami adalah bahwa angka pengangguran akan terus naik secara persisten pada 2024 dan mendekati 5% pada akhir tahun, sebuah resesi ringan berdasarkan standar historis. Kami perkirakan The Fed akan mendapatkan kejelasan mengenai penurunan bunga dan akan memangkasnya pertama kali pada Maret 2024," jelas Anna Wong, Chief Economist Bloomberg Economics untuk Amerika, bersama ekonom Eliza Winger, Estelle Ou dan Stuart Paul, seperti dikutip hari ini, Jumat (1/12/2023).

"Namun, hal itu mungkin sudah terlambat untuk mencegah resesi karena hal itu berarti dukungan kebijakan baru datang lima bulan setelah siklus penurunan bunga acuan dimulai."

Meski melihat gejala resesi dangkal, ekonom juga melihat masih ada peluang bagi perekonomian AS untuk mendarat mulus alias softlanding bila The Fed memangkas bunga acuan lebih awal dalam jumlah besar atau bila ada guncangan pasokan yang menguntungkan. Atau, ada penurunan lebih tajam jika The Fed menahan bunga tinggi dalam waktu lebih lama atau terdapat guncangan pasokan yang merugikan.

"Dinamika yang tipikal terlihat sebagai awal dari resesi-resesi yang pernah terjadi sudah bisa kita lihat. Yang paling meyakinkan adalah durasi pengangguran yang lebih panjang, kinerja penjuaan saat musim liburan yang mengecewakan yang menyumbang sedikitnya 25% dari pendapatan tahunan bisnis kecil, juga penurunan rencana belanja modal, itu memperlihatkan terjadinya penurunan tajam investasi dalam bisnis ke depan," jelas ekonom.

Tim ekonom memprediksi tingkat pengangguran AS akan naik ke 4,3% pada kuartal I-2024 lalu akan terus naik menjadi 4,5% pada kuartal berikutnya dan memuncak ke 5% pada akhir 2024. "Peningkatan awal pengangguran akan didorong oleh durasi masa pengangguran yang lebih lama karena pencari kerja akan lebih sulit mendapatkan pekerjaan ketika tingkat berhenti kerja di perusahaan menurun. Pada akhirnya, mungkin pada semester II-2024, perusahaan-perusahaan akan semakin banyak melakukan PHK dibanding pengurangan karyawan untuk mengelola jumlah karyawan," jelas Anna.

Oleh karena itu, tim ekonom melihat The Fed akan menahan bunga acuan cukup stabil hingga Maret 2024, ketika cukup data yang meyakinkan para pejabat bank sentral untuk melakukan penurunan bunga acuan sebesar 25 basis poin. Pada saat itu, menurut para ekonom, The Fed akan melihat data hari libur yang di bawah rata-rata-rata, tingkat pengangguran yang mungkin naik jadi 4,3% dan yang terpenting, inflasi yang seharusnya cukup rendah untuk memungkinkan dilakukannya penurunan bunga acuan.

Gubernur Bank Sentral AS The Fed Jerome Powell kepada media usai rapat Federal Open Market Committee (FOMC). (Dok Bloomberg)

The Fed diprediksi akan menurunkan bunga acuan total 125 basis poin pada 2024 dan 125 basis poin lagi pada 2025, yang membuat batas atas bunga Fed fund rate masing-masing menjadi 4,25% dan 3% pada tahun-tahun itu.

"Bila The Fed menurunkan bunga pada kuartal 1-2024 sesuai perkiraan kami, resesi kemungkinan berlangsung ringan. Kami prediksi tingkat pertumbuhan ekonomi AS akan sedikit negatif di angka -0,2% pada kuartal 1-2024 dan akan kembali naik jadi 1% pada kuartal II. pengangguran akan meningkat meski terjadi pemulihan Produk Domestik Bruto karena perusahaan melakukan PHK untuk memperbaiki kondisi keuangan mereka," jelas Anna.

Ekonom menambahkan, walau pandangan dasar terhadap resesi ini suram, hal itu masih belum bisa dihindari. "Jika pengambil keputusan mengenali tanda-tanda tersebut sejak dini dan melakukan intervensi yang sesuai, mereka bisa meredam penurunan sebelum hal itu berbalik menjadi hard landing atau resesi yang dalam," kata Anna.

Rilis data inflasi PCE tadi malam yang lebih rendah dibanding prediksi pasar tidak bisa mengangkat mood pasar yang terlanjur turun karena pernyataan Presiden The Fed New York John Williams yang membantah adanya kemungkinan pivot The Fed seperti yang dilansir sebelumnya oleh Gubernur The Fed Christopher Waller. 

Pernyataan itu menaikkan lagi harga dolar AS di pasar global meski dalam jarak tipis dan menaikkan tingkat imbal hasil Treasury ke 4,33%. Di Asia sentimen itu telah turut menyeret indeks saham dan valuta. Mayoritas mata uang Asia melemah terhadap dolar AS.

Bill Ackman, CEO Pershing Square (Sumber: Bloomberg)

Sebelumnya, investor kawakan Wall Street yang juga terkenal sebagai aktivis Bill Ackman meyakini The Fed akan memulai siklus pemangkasan bunga acuan lebih cepat ketimbang perkiraan pasar.

Dalam wawancara The David Rubenstein Show, seperti dilansir oleh Bloomberg News, Rabu lalu, Ackman menyatakan, jika The Fed mempertahankan bunga acuan di 5,5% ketika tren inflasi telah berada di bawah 3,5% maka itu akan membuat tingkat bunga riil menjadi sangat tinggi.

Ackman menyatakan bahwa ia tidak yakin perekonomian AS menuju skenario soft landing di mana resesi terhindarkan. "Saya pikir ada risiko nyata terjadinya hard landing bila The Fed tidak segera menurunkan bunga," kata Ackman, seraya mencatat bahwa ia melihat bukti pelemahan ekonomi AS.

Di pasar swap, para pedagang masih mempertahankan keyakinan bahwa Desember ini The Fed akan menahan bunga acuan dan baru memulai pemangkasan bunga pada Maret 2024 dengan probabilitas sebesar 50%, meningkat dibanding sepekan lalu yang hanya 30%. Sementara probabilitas pemangkasan bunga pada Mei mencapai 78,4%, naik dari pekan lalu sebesar 54%.

(rui)

No more pages