Logo Bloomberg Technoz

Transaksi itu dilakukan lewat sistem informal tak teregulasi yang dikenal dengan nama hawala. Dalam sistem itu, Phoebe menyerahkan dana miliknya ke anggota jaringan fasilitator di China, dan di Hong Kong terjadi transaksi serupa dalam jaringan itu untuk memindahkan dana ke akun milik Phoebe.

Sistem ini dilakukan atas dasar kepercayaan. Tetapi penantian yang dilakukan Phoebe tidaklah menegangkan seperti yang dibayangkan. Dia dirujuk ke institusi remitansi ini, yang dilarang di China, oleh manager pengelola kekayaan yang diperkenalkan oleh kenalannya.

Sejak perbatasan internasional dibuka kembali setelah era pandemi, para penasehat orang-orang kaya melaporkan peningkatan permintaan akan opsi menyimpan dana cadangan di luar negeri.

Kelompok kaya, dan bahkan kelas menengah, di China khawatir dengan langkah pemerintah terhadap sektor industri yang secara ideologi tidak bisa diterima lagi, ketidakpastian terkait ketegangan geopolitik dan kebijakan Xi Jinping mendorong "kesejahteraan bersama".

Selain itu, ekonomi dalam negeri China juga semakin kelam. Ekspor China terus melemah, harga rumah turun dan lebih dari 1 dari 5 kaum muda China kini menganggur.

Negara Tujuan Dana Orang Kaya China

Banyak keluarga kaya di negara itu merasa perlu untuk memiliki dana di luar negeri, baik untuk diversifikasi aset atau membuka jalan jika di masa depan mereka akan berimigrasi.

Investasi yang aman secara tradisional masih menjadi tujuan utama mereka, misalnya investasi apartemen mewah di Vancouver atau ekuitas di AS. Akan tetapi, dalam dua tahun terakhir Singapura muncul sebagai tujuan yang semakin diminati.

Uang Warga China Kini Dianggap Kurang Berarti (Bloomberg)

Di negara dengan pajak rendah dan Mandarin merupakan salah satu bahasa resmi, sinyal membanjirnya uang tunai dari China pun terlihat di mana-mana. Meja klub malam saat Formula Satu Singapura laku dengan harga US$70.000. Tempat minum anggur yang mewah bermunculan bagi miliarder asal China itu. Kemudian, terjadi ledakan jumlah kantor pengelola aset orang kaya di negara itu.

Sulitnya Pindahkan dari dari China ke Luar Negeri

Meski demikian, kesempatan untuk memindahkan dana dari China secara legal sangat terbatas. Seorang warga di sana hanya diizinkan mengirim dana ke luar negeri sebesar US$50.000 per tahun. Selain itu, warga di China juga memiliki kesempatan satu kali memindahkan uang mereka ketika beremigrasi.

Mengisi kebutuhan yang muncul akan aturan itu merupakan peran jaringan pemindahan dana bawah tanah ini.

"Agen-agen ini menjamur untuk memenuhi permintaan yang meningkat," kata Joel Gallo, guru besar finansial di Universitas New York Shanghai. "Mereka berfungsi seperti perbankan, tetapi beroperasi tanpa pengawasan perbankan yang ketat dan dengan tangkas memanfaatkan kekosongan aturan dengan berada di zona abu-abu."

Tidak ada informasi andal terkait besaran industri ini di China, tetapi penyeldikan oleh pihak berwenang menunjukan skala luar biasa. Media pemerintah melaporkan pada 2021 bahwa satu penyeldikan di provinsi Gansu mengungkap kegiatan ini dengan aset sebesar 75,6 miliar yuan. Dana ini tersebar di satu jaringan lima organisasi yang mempergunakan delapan ribu rekening bank di 20 provinsi.

Jaringan skema ini berskala global, tidak hanya beroperasi di Hong Kong tetapi di wilayah yang memiliki pendatang asa China dalam jumlah besar.

Badan Kejabatan Nasional Inggris (NCA) menulis dalam laporan intelijen pada 2019 bahwa "besar kemungkinan' bank-bank bawah tanah ini memiliki cadangan dana di sejumlah lokasi utama, sehingga penerima bisa mendapatkan dana tunai secara cepat dan dalam mata uang setempat.

Memanfaatkan jaringan ini bukan keputusan yang mudah diambil. Warga yang terbukti mempergunakan layanan penukaran uang ilegal di China biasanya dikenai denda 30% atau lebih dari jumlah dana yang akan ditransfer. Jika jumlahnya besar, mereka yang memberi layanan akan dikenai hukuman penjara. Hukuman maksimal seumur hidup hanya dijatuhkan ketika pelaku melakukan pelanggaran tambahan seperti menyogok, dan biasanya hukuman berkisar antara satu sampai lima tahun penjara.

Jumlah Miliarder di Sejumlah Negara (Bloomberg)

Meski hukum di China tidak berlaku di tempat seperti Hong Kong, Inggris atau Singapura, ada risiko bank-bank resmi curiga dengan sumber dana. Juru bicara Otoritas Moneter Singapura mengatakan meski negara itu tidak menerapkan pengendalian modal negara lain, regulator mewajibkan institusi finansial termasuk badan usaha remitansi, untuk mendeteksi dan melaporkan tranksi dan perilaku mencurigakan.

Institusi juga diwajibkan untuk mengatasi risiko reputasi, legal dan operasi dari kegiatan yang melanggar hukum negara lain.

Perbankan Singapura memiliki alasan untuk lebih waspada. Agustus lalu, pihak berwenang menangkap dan mendakwa 10 warga asal China dengan sejumlah tuduhan termasuk pencucian uang. Uang tunai dan aset bernilai lebih dari US$2 miliar dibekukan atau disita. Tuduhan itu merujuk pada upaya memindahkan dana hasil kegiatan melanggar hukum seperti penipuan, judi ilegal bukan pengiriman uang.

Sisi Gelap Pindahkan Dana China ke Luar Negeri

Memang ada sisi gelap dari operasi pengiriman uang ini. NCA melaporkan bahwa untuk membayar pengiriman uang via hawala, bank-bank gelap China secara rutin menggunakan uang tunai yang diperoleh oleh kelompok kejahatan lewat perdagangan narkoba, penyelundupan rokok, imigrasi ilegal terorganisir dan perdagangan manusia.

Contohnya, satu kelompok yang beroperasi di China dan Inggris membayar penerima hawla di London lebih dulu, dan kemudian dana itu dibayar kembali oleh para banker gelap di Shanghai.

Pihak berwenang Inggris menemukan bahwa rekening bank mahasiswa asal China terkadang digunakan sebagai pintu untuk memasukan dana ke sistem perbankan yang legal. NCA mengidentifikasi lebih dari 100 orang yang memasukan dana tunai ke lebih dari 14 ribu rekening bank yang dibuat atau dimiliki oleh mahasiswa asal China. Jumlah dana yang masuk ke akun-akun tersebut dalam waktu 12 bulan melebihi US$121 juta, dan sebagian bahkan menempatkan dana sebesar 2,5 juta poundsterling di akun mereka.

Taruhan tinggi dalam mengarungi dunia keuangan yang kelam ini menjadi alasan kaum profesional keuangan yang dipercaya menjadi perantara. Meski hal ini bisa berdampak pada karir mereka jiak ditangkap, banker pribadi mendapat tekanan dari klien untuk masuk ke area abu-abu.

Bloomberg News berbicara dengan empat orang yang bekerja sebagai penasehat keuangan terkait garis batas yang bisa menjadi kabur. Keempatnya meminta agar nama mereka tidak disebutkan. Satu mantan penasehat keuangan bank, yang sekarang bekerja di satu kantor pengelola dana klien kaya, menggambarkan bagaimana dia secara langsung terlibat memindahkan uang untuk klien-klien kayanya. Satu lagi mengaku memperkenalkan kliennya ke layanan itu, sementara perusahannya membantu warga kaya asal China mendirikan Variable Capital Company, satu bentuk usaha yang digunakan oleh pengelola dana investasi Singapura untuk melindungi identitas pemiliknya dari publik tapi diketahui oleh regulator.

Pandangan para ekonomo terhadap ekonomi China

Dua orang lain yang bekerja di bank asal Eropa mengatakan meski secara aturan mereka tidak bisa membantu klien menghindari pengendalian modal, mereka memberi informasi soal badan-badan remitansi bawah tanah pada klien dekat dan dipercaya.

Biasanya tidak satu pun dari pemberi rujukan mendapat bayaran. Memberi tahu jaringan itu bertujuan membuat klien besar senang, dan kemungkinan mendapat bisnis yang menguntungkan di masa depan.

Peningkatan kekayaan di China dalam satu dekade terakhir berarti ada banyak potensi permintaan. UBG Grup AG, misalnya, mempekirakan dalam laporan kekayaan tahunan bahwa ada 6,2 juta warga China yang memiliki aset lebih dari US$1 juta pada akhir 2022.

Saat ini makin banyak sinyal bahwa lebih banyak warga China yang ingin memindahkan uang mereka. Konsultan properti Juqai IQI Agustus lalu memperkirakan bahwa akan ada lebih dari 700 ribu warga China yang akan meninggalkan negara itu dalam dua tahun ke depan.

Berdasarkan sejarah pencarian di situsnya, tujuan utama pembelian properti adalah Australia, Kanada dan Inggris. Singapura pada April lalu menerapkan pajak properti sebesar 60% untuk warga asing dan ini mengurangi permintaan di pasar kelas menengah.

Jika aliran dana keluar China lebih besar dari aliran masuk, tidak semua permintaan remitansi bisa dipenuhi dengan sistem transaksi bersamaan. Perusahaan-perusahaan itu pun harus mencari jalan lain untuk mengeluarkan dana ke luar wilayah China.

Memotong rute ini merupakan operasi kejar mengejar dalam jangka panjang. Pihak berwenang China berhasil mengatasi opsi sederhana seperti membawa uang tunai di koper atau bagasi mobil atau dibawa dengan kapal ke Hong Kong.

Pengawasan ketat terkait akuisisi di luar negeri mengurangi kesempatan memindahkan uang dengan pembayaran harga yang terlalu tinggi untuk perusahaan di luar China. Langkah penindakan terhadap mata uang kripto juga membuat pengunaan mata uang digital semakin susah.

Cara Lolos dari Kejaran Pemerintah China

Tetap saja ada cara lain. Satu teknik populer dikenal dengan istilah "smurfing". Teknik ini melibatkan warga di China yang belum menggunakan kuota mengirim uang sebesar US$50.000. Perusahaan-perusahaan itu kemudian mempergunakan rekening bank mereka dan dana dalam jumlah kecil untuk menyalurkan dana berjumlah besar ke luar negeri.

Ilustrasi mata uang Yuan China. (Dok Bloomberg)

Dari kasus yang diungkap pihak berwenang terlihat bahwa strategi ini bisa mencapai jumlah luar biasa. Satu kasus menunjukkan, seorang bernama Li merekrut 102 orang untuk membantu mengirim dana sebesar US$5 juta ke luar negeri pada 2020.

Cara pemindahan uang pun semakin canggih jika menyangkut dana yang sangat besar. Satu cara yang umum dilakukan adalah memoles kontrak impor yang pembayarannya harus dilakukan di luar wilayah China. Mereka menaikan harga barang yang diimpor, sementara pedagang bersedia menyalurkan kelebihan pembayaran itu ke rekening di luar negeri.

Ada juga yang benar-benar pemalsuan seperti pada satu kasus yang terjadi di kota Wenzhou. Satu perusahaan membuat kesepakatan dagang palsu dengan mengklaim telah membayar US$9 juta untuk impor barang. Satu perusahaan investasi di Shenzhen, memalsukan kesepakatan dan mengirim dana ke luar negeri hampir sebesar US$18 juta.

Mengungkap perdagangan palsu ini menjadi semacam tugas detektif forensik bagi perusahaan seperti XTransfer Ltd, yang membantu UMKM terkait perdagangan dan kepatuhan yang disyaratkan bank.

Di kantor XTransfer di Hong Kong, pegawai perusahaan itu memantau serangkaian data yang digunakan untuk memeriksa apakah satu kesepakatan dagang memang terjadi. Perusahaan ini mempergunakan lebih dari seribu statistik untuk verifikasi.

Gong Weisong, pakar anti-penipuan XTransfer, mengatakan biasanya ada isyarat tertentu untuk bisnis yang tidak benar. Barang bernilai tinggi seperti berlian, zamrud atau peralatan elektronik dalam jumlah besar merupakan barang yang biasa dipakai dalam transaksi palsu.

"Jumlah transaksi ke pedagang tertentu jauh lebih tinggi dari biasa, dan berasal dari berbagai rekening yang tidak berhubungan akan membuat kami curiga," kata Gong. "Satu hal yang kami perhatikan adalah orang yang memalsukan perdagangan biasanya memiliki dokumen yang lengkap, ini tidak biasa terjadi."

Para pakar berpandangan upaya memindahkan uang ke luar China tidak akan dengan mudah berhenti, bahkan ketika langkah itu semakin sulit.

Gary Ng, ekonom senior dari Natixis bank asal Perancis, berdasarkan ketidakbiasaan yang sulit dijelaskan dalam data wisawatan - wisatawan China meninggalkan uang tunai di luar negeri ketika bepergian - dana hingga US$150 miliar diperkirakan keluar dari Chian pada tahun ini saja.

"Setelah era Covid, warga China semakin sering mengirim uang ke luar negeri baik untuk urusan kerja maupun keperluan pribadi," ujar Liu Xinyu, dari firma hukum King & Wood Mallesons. "Jumlah orang yang memanfaatkan jalur ilegal bisa bertambah dan ini bisa dilihat dari peningkatan jumlah kasus yang diselidiki pihak berwenang."

Selain menguntungkan, jaringan bawah tanah ini pun canggih, memotong transaksi yang biasa mereka lakukan terkait mata uang asing. Satu cara mendapatkan keuntungan adalah mematok nilai tukar yang lebih mahal. Contohnya, jika seseorang mendapatkan 716 yuan untuk US$100 dolar di bank, jaringan ini menetapkan harga 733 yuan. Dan nilai tukar pun berubah setiap hari.

"Pandemi jelas mempercepat semuanya," ujar Dominic Volek dari firma konsultasn Henley & Partners. Orang kaya di China sekarang "membuat Rencana B."

(bbn)

No more pages