Logo Bloomberg Technoz

PMI, PMTB, dan Efek Lag di Balik Pertumbuhan Ekonomi Q2

Referensi
06 August 2025 12:30

Potret pertumbuhan ekonomi Indonesia. (Bloomberg)
Potret pertumbuhan ekonomi Indonesia. (Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II-2025 sebesar 5,12% tidak hanya dipengaruhi konsumsi dan industri pengolahan, tetapi juga investasi melalui pembentukan modal tetap bruto (PMTB). Ekonom senior dan Tenaga Ahli Kantor Komunikasi Kepresidenan/Presidential Communication Office (PCO) Fithra Faisal menekankan pentingnya memahami hubungan antara PMTB dan Purchasing Manager Index (PMI) serta fenomena “lag” di antara keduanya.

“PMTB tumbuh 6,99%. Ini signifikan, karena di kuartal I cuma 2,12%. Banyak yang membandingkan dengan PMI Manufacturing, tapi ini harus dilihat cara menghitungnya dan juga timelinenya,” jelas Fithra kepada media, Rabu (6/8).

Ia menjelaskan PMI adalah indikator awal berbasis survei yang mengukur optimisme pelaku usaha, sementara PMTB adalah realisasi investasi. “PMI itu survei untuk menentukan mood pembelian yang dilakukan kepada para purchasing manager. Beda dengan PMTB yang betul-betul actual. Memang PMI serving as leading indicator,” ujarnya.

Namun, Fithra menegaskan adanya jeda waktu antara optimisme PMI dan realisasi PMTB. “Kalau kita bandingkan timelinenya, ada lag-nya. Contohnya di kuartal I, PMI Manufacturing selalu di atas 50, bahkan Februari 53 karena antisipasi jelang Lebaran. Tapi itu baru terefleksi di perhitungan kuartal II. Makanya aktivitas PMTB di kuartal II lumayan,” kata Fithra.

Ia menilai hal ini juga menjelaskan mengapa kontraksi PMI di kuartal II tidak serta-merta menurunkan PMTB. “Banyak yang meragukan kok ini nggak tally. Bukannya nggak tally, memang ada lag-nya. Biasanya ini akan kebawa ke kuartal ketiga. Jadi kemungkinan di kuartal ketiga PMTB-nya tidak akan setinggi kuartal II,” jelasnya.

Lebih lanjut, Fithra memaparkan komponen PMTB yang paling signifikan. “Kalau dari sisi bangunan kontribusinya 74%, tumbuh 4,89%. Tapi yang menarik adalah belanja mesin naik 25,3%, aktivitas belanja modal pemerintah juga naik 30,37%. Ini karena ada industri strategis seperti PAL, Pindad yang beli alat-alat mesin,” paparnya.

Fithra menambahkan bahwa efek belanja modal pemerintah sudah terlihat nyata. “Secara time series, kontribusi belanja mesin sekitar 9–10%. Jadi ini memang signifikan. Kalau dihitung, nggak aneh karena aktivitasnya memang kelihatan,” kata dia.

Ia menutup dengan penekanan pada efektivitas belanja. “Hikmahnya, kalau investasi tepat sasaran dengan efek pengganda yang kuat, itu bisa mendorong ekonomi. Nggak mesti spending yang besar sekali, tapi tepat guna,” pungkasnya.

(seo)