Di Indonesia, fenomena serupa juga diperkirakan terjadi. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan ada kemungkinan hujan dengan intensitas lebat di sejumlah wilayah Tanah Air.
Hujan lebat diperkirakan terjadi di wilayah-wilayah produsen utama CPO. Untuk periode 2-5 Januari 2026, angin kencang diperkirakan terjadi di Provinsi Riau dan Kalimantan Barat, dua wilayah produsen CPO.
“BMKG mengimbau masyarakat dan para pemangku kepentingan untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap kondisi cuaca yang dapat berubah sewaktu-waktu serta potensi bencana hidrometeorologi akibat cuaca ekstrem,” sebut keterangan tertulis BMKG.
Malaysia dan Indonesia adalah produsen CPO terbesar di dunia. Jika terjadi hambatan produksi di dua negara tersebut, maka akan sangat mempengaruhi pasokan di pasar internasional.
Analisis Teknikal
Jadi bagaimana perkiraan gerak harga CPO untuk hari ini, Rabu (31/12/2025)? Apakah bisa naik lagi atau malah terkoreksi?
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), CPO masih terjebak di zona bearish. Terbukti dengan Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 46.
RSI di bawah 50 menunjukkan suatu aset sedang dalam posisi bearish. Namun RSI CPO belum jauh dari 50 sehingga boleh dikatakan cenderung netral.
Sedangkan indikator Stochastic RSI ada di 80. Sudah menyentuh ambang batas jenuh beli (overbought).
Untuk perdagangan hari ini, harga CPO sepertinya berisiko turun. Cermati pivot point di MYR 4.074/ton.
Dari situ, harga CPO bisa saja mengetes support MYR 4.022/ton yang merupakan Moving Average (MA) 5. Support lanjutan ada di MA-10 yaitu MYR 4.010/ton.
Target paling pesimistis atau support terjauh adalah MYR 3.997/ton.
Namun andai bisa naik lagi, maka harga CPO berpotensi menguji resisten MYR 4.094/ton. Penembusan di titik ini bisa mengangkat harga ke kisaran MYR 4.109-4.119/ton.
Target paling optimistis atau resisten terjauh ada di MYR 4.173/ton.
(aji)



























