Dia menegaskan rapat tersebut belum tentu akan memutuskan proyek mana saja yang akan diprioritaskan oleh pemerintah untuk segera dikerjakan dalam waktu dekat.
Akan tetwpi, dia memastikan Kementerian ESDM akan menagih kajian yang dilakukan Danantara berdasarkan dokumen pra kajian yang sebelumnya diberikan oleh ESDM.
“Ya kita kan ingin tahu selama beberapa bulan terakhir ini setelah kita menyerahkan pra-FS-nya itu apa saja yang sudah dikerjakan dan sampai sejauh mana perkembangan untuk FS ini pada masing-masing proyek tadi itu,” ucap Erani.
Sebelumnya, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengatakan kajian kelayakan atau feasibility study 18 proyek hilirisasi dan ketahanan energi yang dikerjakan BPI Danantara rampung pada Desember 2025.
Target itu disampaikan Bahlil saat menyampaikan laporan terkini ihwal kemajuan rencana pembiayaan proyek hilirisasi BPI Danantara kepada Presiden Prabowo Subianto.
Bahlil mengatakan salah satu proyek hilirisasi yang sedang dikaji Danantara berkaitan dengan ekosistem mobil listrik atau electric vehicle (EV), termasuk proyek baterai mobil listrik.
“Kami melaporkan kepada Bapak Presiden, bahwa terkait dengan proyek hilirisasi, kami sama Pak Rosan sudah menyerahkan 18 proyek yang total nilai investasinya kurang lebih Rp300 triliun,” kata Bahlil dalam sambutannya di Peresmian Pabrik Petrokimia PT Lotte Chemical Indonesia di Cilegon, Kamis (6/11/2025).
Adapun, proyek ekosistem mobil listrik dan baterai listrik itu sebelumnya absen dalam proposal yang diajukan Satgas Percepatan Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional kepada BPI Danantara akhir Juli 2025.
“Insyallah awal Desember sudah selesai. Termasuk dalamnya adalah kita akan membangun ekosistem daripada baterai mobil kemudian mobil listrik,” ungkap Bahlil.
Sebelumnya, CEO BPI Danantara Rosan Perkasa Roeslani mengatakan lembagannya tengah mematangkan feasibility study sejumlah proyek yang diajukan Satgas Hilirisasi, dengan fokus pada koreksi dan penyesuaian asumsi di dalamnya.
"Itu sudah berjalan dan beberapa juga sudah duduk dengan Kementerian ESDM untuk kita fine tuning lagi, karena ada beberapa mungkin yang koreksinya kita mesti duduk bersama, asumsinya seperti apa," kata Rosan.
Senagai informasi, nilai paket proyek yang disodorkan Satgas Hilirisasi itu mencapai US$38,63 miliar atau sekitar Rp640,4 triliun (asumsi kurs Rp16.578 per dolar AS).
Dari 18 proyek yang diajukan, 8 di antaranya program hilirisasi di sektor mineral dan batu bara (minerba), masing-masing 2 proyek di sektor transisi dan ketahanan energi, dan masing-masing 3 proyek di sektor pertanian, kelautan dan perikanan.
Daftar 18 Proyek Prioritas Hilirisasi dan Ketahanan Energi:
Proyek Sektor Minerba:
1. Industri Smelter Aluminium (bauksit) Mempawah, Kalimantan Barat dengan nilai investasi Rp60 triliun.
2. Industri DME (batu bara) di Bulungan, Kutai Timur, Kota Baru, Muara Enim, Pali, Banyuasin dengan nilai investasi Rp164 triliun.
3. Industri aspal di Buton, Sulawesi Tenggara dengan nilai investasi Rp1,49 triliun.
4. Industri Mangan Sulfat di Kupang Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan nilai investasi Rp3,05 triliun.
5. Industri Stainless Steel Slab (nikel) di Kawasan Industri Morowali, Sulawesi Tengah dengan nilai investasi Rp38,4 Triliun.
6. Industri Copper Rod, Wire & Tube(katoda tembaga) di Gresik, Jawa Timur dengan nilai investasi Rp19,2 triliun.
7. Industri Besi Baja (pasir besi) di Kabupaten Sarmi, Papua dengan nilai investasi Rp19 triliun.
8. Industri Chemical Grade Alumina(bauksit) di Kendawangan, Kalimantan Barat dengan nilai investasi Rp17,3 triliun.
Proyek Sektor Pertanian:
9. Industri Oleoresin (pala), di Kabupaten Fakfak, Papua Barat dengan nilai investasi Rp1,8 triliun.
10. Industri Oleofood (kelapa sawit) di KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan Timur (MBTK) Rp3 triliun.
11. Industri Nata de Coco, Medium-Chain Triglycerides (MTC), Coconut Flour, Activated Carbon (kelapa) di Kawasan Industri Tenayan, Riau dengan nilai investasi Rp2,3 triliun.
Proyek Sektor Kelautan dan Perikanan:
12. Industri Chlor Alkali Plant (garam) di Aceh, Kalimantan Timur, Jawa Timur, Sumatera Selatan, Riau, Banten, dan NTT dengan nilai transaksi Rp16 triliun.
13. Industri Fillet Tilapia (ikan tilapia) di Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur dengan nilai investasi Rp1 triliun.
14. Industri Carrageenan (rumput laut) di Kupang, NTT dengan nilai investasi sebesar Rp212 miliar.
Proyek Ketahanan Energi (Kilang 1 Juta Barel):
15. Kilang Minyak (oil refinery) dengan nilai investasi sebesar Rp160 triliun.
16. Tangki Penyimpanan Minyak (oil storage tank) dengan nilai investasi sebesar Rp72 triliun.
Proyek tersebut tersebar di Lhokseumawe, Sibolga, Natuna, Cilegon, Sukabumi, Semarang, Surabaya, Sampang, Pontianak, Badung, Bima, Ende, Makassar, Donggala, Bitung, Ambon, Halmahera Utara dan Fakfak
Proyek Transisi Energi:
17. Modul Surya Terintegrasi (bauksit dan silika) di Kawasan Industri Batang, Jawa Tengah dengan nilai investasi Rp24 triliun.
18. Industri Bioavtur (used cooking oil) di KBN Marunda, Kawasan Industri CIkarang dan Kawasan Industri Karawang dengan nilai investasi Rp16 triliun.
(azr/wdh)

































