Gedung Putih berharap kerangka kerja perjanjian dagang—yang akan disahkan beberapa pekan mendatang—dapat memperkuat posisi Trump sebelum ia bertemu dengan Xi di Korea Selatan akhir pekan ini. Menjelang pertemuan tersebut, Beijing berhenti membeli kedelai dan mengumumkan pembatasan baru pada ekspor mineral kritis, yang memicu kemarahan Trump dan mengancam akan mengganggu ekonomi AS.
Namun, minimnya detail yang ditawarkan dalam banyak perjanjian kerangka kerja menyulitkan untuk menilai dampaknya secara keseluruhan. Meski negara-negara sepakat mengurangi tarif dan regulasi atas pembelian barang-barang AS, negosiasi akan terus berlanjut mengenai insentif yang akan mereka terima—dan apakah sektor-sektor utama seperti pakaian jadi dan elektronik mendapat keringanan.
"Ini merupakan langkah ke arah yang benar, tetapi masih ada ketidakpastian yang signifikan di luar sana," kata Peter Mumford, konsultan risiko Asia Tenggara di Eurasia Group, merujuk pada pertanyaan tentang aturan asal untuk perjanjian timbal balik, tarif sektoral, dan bea transshipment.
"Dan tidak satu pun dari perjanjian ini yang bersifat mengikat secara hukum. Semuanya merupakan perjanjian yang cukup fleksibel."
Asia Tenggara kini menjadi sumber barang yang lebih besar bagi AS daripada China, menyoroti potensi pentingnya kesepakatan yang ditandatangani pada Minggu. Hal ini terutama berlaku bagi Vietnam, yang sedang berkembang pesat sebagai eksportir utama ke AS.
Perjanjian dengan Kamboja menegaskan bahwa negara tersebut akan menghapus semua tarif impor pangan dan produk pertanian AS, serta produk industri. Sebagai imbalannya, Gedung Putih mengidentifikasi ratusan barang yang rencananya akan bebas dari tarif 19% yang diberlakukan Trump pada barang-barang Kamboja. Industri garmen menyumbang lebih dari setengah ekspor Kamboja.
"Kami ingin berterima kasih kepada Presiden Trump atas pemberian tarif timbal balik yang memungkinkan kami untuk bersaing dan memperluas perdagangan dan investasi kami," imbuh Sun Chanthol.
Trump mengumumkan kesepakatan tersebut dalam upacara bersama Perdana Menteri Kamboja Hun Manet dan Perdana Menteri Thailand Anutin Charnvirakul, yang menandatangani dokumen pengesahan gencatan senjata yang dicapai setelah bentrokan perbatasan selama lima hari awal tahun ini.
Hun Manet mengatakan ia akan menominasikan Trump untuk Hadiah Nobel Perdamaian atas upayanya membantu memediasi berakhirnya permusuhan mereka.
Gedung Putih juga mencapai kesepakatan dengan Thailand yang akan menghapus hambatan tarif pada 99% barang AS, termasuk seluruh produk industri, pangan, dan pertanian. AS akan segera mengidentifikasi sejumlah barang Thailand yang rencananya akan bebas dari tarif resiprokal. Seperti Kamboja, ekspor dari Thailand saat ini dikenai tarif 19%.
Kedua negara juga menandatangani perjanjian mineral kritis yang akan memberi akses istimewa pada perusahaan-perusahaan AS ke logam tanah jarang, mineral penting yang digunakan untuk memproduksi produk-produk teknologi tinggi, termasuk semikonduktor dan mesin jet.
Namun, nota kesepahaman tersebut minim detail, sehingga menimbulkan pertanyaan tentang dampaknya terhadap sektor logam tanah jarang, di mana China menguasai 70% pasar.
"Tanpa komitmen spesifik, dampak kesepakatan ini mungkin tidak akan bertahan lama setelah KTT," kata Adam Farrar, analis geo-ekonomi di Bloomberg Economics.
Selain kesepakatan dengan Thailand dan Kamboja, Trump mengumumkan perjanjian dengan tuan rumah Malaysia dan Vietnam, salah satu mitra dagang terbesar AS di kawasan ini, yang menawarkan akses istimewa bagi barang dan ekspor pertanian AS. Seperti kesepakatan lain, Gedung Putih berjanji akan mengidentifikasi pengecualian dari tarif resiprokal Trump 19% atas barang Malaysia dan pungutan 20% atas produk Vietnam.
Trump juga menandatangani kesepakatan dengan Malaysia terkait mineral kritis, yang berpotensi menjadi pakta paling berharga. Malaysia berupaya memperluas pemurnian tanah jarang dan telah menjalin kemitraan dengan Beijing dan Washington untuk meningkatkan kapasitasnya.
Meski Presiden AS menyebut perjanjian tersebut sebagai uluran tangan bagi kawasan, dorongan ini muncul saat dia tertekan oleh Beijing menjelang pertemuannya dengan Xi.
China memberlakukan tarif balasan terhadap produk pertanian AS pada Maret, secara efektif menutup pintu bagi kedelai AS, bahkan sebelum panen dimulai. Negara terbesar di Asia ini tahun lalu membeli US$13 miliar kedelai AS—lebih dari 20% dari total panen—untuk pakan ternak dan minyak goreng. Tentu saja, langkah ini mengguncang para petani perdesaan yang merupakan basis politik utama Trump.
Tanah Jarang
Masalah politik Trump semakin besar dalam beberapa pekan terakhir setelah China menandatangani surat perjanjian pembelian US$900 juta kedelai, jagung, dan minyak sayur dari Argentina, tepat saat pemimpin AS itu menawarkan bantuan dana US$40 miliar pada pemerintah Amerika Selatan.
AS juga terlibat dalam perselisihan logam tanah jarang dengan China, yang membalas serangan dagang Trump awal tahun ini dengan memutus pasokan material tersebut. Meski aliran pasokan dipulihkan melalui gencatan senjata yang menurunkan tarif, China bulan ini memperluas pembatasan ekspor material tersebut setelah AS memperluas pembatasan terhadap perusahaan-perusahaan China.
Prospek pasokan logam tanah jarang yang semakin ketat mendorong AS untuk membangun kapasitas produksi dan pengolahan alternatif. Trump akan menandatangani perjanjian mineral kritis serupa dengan Jepang dalam beberapa hari mendatang. Awal bulan ini, ia menandatangani perjanjian dengan Australia untuk memperluas produksi yang dinilai Perdana Menteri Anthony Albanese sebesar US$8,5 miliar.
Namun, belum jelas apakah kesepakatan-kesepakatan ini akan secara signifikan mengubah perdagangan AS, terutama dalam skala yang dapat mengimbangi negosiasi dengan China yang berjalan tak seimbang. Hal ini terutama berlaku saat Trump mengancam akan kembali menaikkan tarif terhadap salah satu mitra dagang terbesarnya—Kanada—karena murka atas iklan televisi yang mempertanyakan kebijakan tarifnya.
Pada Minggu, para pejabat AS menyatakan keyakinan bahwa pembicaraan dengan Xi dapat menghasilkan kesepakatan yang akan meredakan perang dagang yang sedang berlangsung.
Menteri Keuangan Scott Bessent mengatakan kedua belah pihak membahas pembelian produk pertanian, TikTok, fentanil, perdagangan, logam tanah jarang, dan hubungan bilateral secara keseluruhan.
Dia menyebut perundingan tersebut "konstruktif, luas, dan mendalam," seraya menambahkan bahwa hal itu memberi kedua negara "kemampuan untuk bergerak maju dan mempersiapkan pertemuan para pemimpin dalam kerangka yang sangat positif," ucapnya kepada wartawan di Kuala Lumpur pada Minggu pagi.
(bbn)
































