“Nah, ini proses lelang ini kan enggak bisa terpecah-pecah. Harus menyatu terus. Makanya sekarang diubah,” tegas Laode.
Laode berharap dalam pertemuan selanjutnya pada Jumat (17/10/2025) pekan ini akan terdapat kemajuan dalam proses negosiasi tersebut, usai diubahnya mekanisme pengadaan BBM dasaran.
“Mungkin Jumat insyallah itu sudah ada hasil yang lebih konkret. Saya Jumat ini lebih optimistis [akhir bulan ini pasokan BBM di SPBU swasta terisi], nanti kita tunggu saja," ucap Laode.
Pengadaan 2026
Untuk pengadaan BBM SPBU swasta tahun depan, hingga kini Laode masih mengevaluasi besaran kuota impor yang akan diberikan ke masing-masing BU hilir migas swasta.
Laode mengamini sudah mendapatkan data kebutuhan impor dari perusahaan SPBU tersebut, tetapi masih mengevaluasi besarannya.
“Tentu konsumsi tahun ini menjadi pertimbangan. Maksudnya tahun ini kan sudah 110%, kemudian ada [kebutuhan] tambahan lagi dan itu akan menjadi pertimbangan,” ucap Laode,
“[Kuota impor] 10% itu kan [tambahan] cuma tahun ini aja. Kita belum menetapkan skema tertentu [untuk 2026], tetapi konsumsi total tahun ini akan menjadi basis data,” tegas dia.
Pertamina sebelumnya membuka peluang kembali mendatangkan BBM dasaran atau base fuel pada akhir Oktober 2025.
Namun, realisasi impor tersebut masih bergantung pada hasil pembicaraan dengan sejumlah BU hilir migas swasta, khususnya BP-AKR dan Vivo Energy.
Pj. Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga (PPN) Roberth MV mengatakan pembahasan dengan kedua perusahaan operator SPBU swasta itu masih berlangsung.
“Masih dalam pembicaraan. Artinya kalau setuju, maka diperkirakan kargonya tiba di akhir Oktober, seandainya semua diskusinya berjalan lancar,” kata Roberth kepada Bloomberg Technoz, Jumat (10/10/2025).
Dia menjelaskan rencana tambahan impor base fuel ini merupakan bagian dari jadwal reguler Pertamina untuk memastikan kecukupan pasokan BBM nasional. Meski begitu, kepastian waktu impor bergantung pada kesiapan pihak swasta.
“Pertamina impor on scheduled secara reguler. Kalau sepakat akan diimporkan. Di luar itu, untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri akan seperti biasa diserap Pertamina untuk masyarakat,” ujarnya.
Adapun, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengklaim pasokan BBM dasaran untuk PT Vivo Energi Indonesia (Vivo) dan PT Aneka Petroindo Raya (BP-AKR) diperkirakan tiba pada akhir Oktober 2025.
Adapun, dua kargo BBM dasaran yang diimpor Pertamina mulanya ditujukan untuk dijual ke operator SPBU swasta. Kargo pertama tiba pada Rabu (24/9/2025), sedangkan yang kedua pada Kamis (2/10/2025).
Akan tetapi, kargo BBM dasaran dengan volume masing-masing 100.000 barel tersebut tidak laku terjual ke BU hilir migas swasta karena berbagai alasan. Vivo sebelumnya membatalkan pesanan 40.000 barel base fuel karena isu kandungan etanol 3,5%, sedangkan BP-AKR menyoal ketiadaan certificate of origin.
(azr/wdh)





























