Purbaya lantas juga turut menanggapi hal itu. Dia menilai pencapaian ini tidak lepas dari ekspektasi investor terhadap kebijakan pemerintah.
“IHSG bisa mencapai 8.000 saya pikir itu forward looking dari para investor di pasar saham. Jadi ketika kita keluarkan suatu kebijakan, mereka bisa menghitung dampaknya ke ekonomi seperti apa, dampak ke perusahaan seperti apa, maka mereka investasi di depan,” kata Purbaya pada saat ditemui di Bloomberg Technoz, Selasa (30/9/2025) lalu.
Ia juga menanggapi pertanyaan mengenai arus keluar dana asing (outflow) yang sudah mencapai Rp53 triliun sejak awal tahun, di tengah tren kenaikan IHSG.
Menurut dia, investor asing tetap mengambil bagian dalam reli indeks, dan masuknya akan semakin besar seiring kepastian reformasi fiskal.
Di sisi lain, JPMorgan dalam riset bertajuk Indonesia Equity Strategy yang dirilis 27 September 2025 mencatat IHSG telah menguat 27% dalam enam bulan terakhir dan kini dipatok target lebih tinggi.
“Dalam skenario dasarnya, JPMorgan menargetkan IHSG di level 8.600 dan target indeks MSCI Indonesia (MXID) di 6.700 dengan asumsi laba per saham 2026 kembali ke level 2024,” tulis riset JPMorgan, Selasa (30/9/2025).
Untuk skenario optimistis, target IHSG dipatok 9.000 dengan asumsi pertumbuhan laba 5% dan apresiasi rupiah ke kisaran Rp16.200–Rp16.300 per dolar AS. Sementara itu, dalam skenario pesimistis, IHSG diproyeksikan turun ke 6.600 jika tekanan pada penerimaan negara, konsumsi, likuiditas, dan nilai tukar berlanjut.
(lav)





























