Logo Bloomberg Technoz

Dalam kaitan itu, Roberth juga menyoroti kesalahpahaman akibat percobaan mencampur Pertalite dengan air. Ia menegaskan bahwa hasil campuran yang memerlihatkan dadanya dua lapisan cairan tidak dapat dijadikan bukti adanya etanol.

“Munculnya lapisan di bawah setelah dikocok adalah air dan sedikit komponen gasoline yang memiliki sifat kepolaran yang memang bisa larut sebagian. Fenomena ini alami dan dapat terjadi pada seluruh jenis bensin di dunia,” jelas dia.

Lebih lanjut, Roberth juga menyatakan Pertamina akan terus menjaga kualitas produk BBM yang dipasarkan, dan diklaim telah melalui proses pengecekan dan pengujian atau quality control.

“Di setiap tahap rantai pasok hingga SPBU, percobaan yang tidak diawasi dan terjamin validitasnya serta terverifikasi dari alat uji yang terkalibrasi adalah semata praktik penyesatan informasi dari pihak yang tidak bertanggung jawab ” ungkap dia.

Sebelumnya, PT Pertamina Patra Niaga membeberkan PT Vivo Energi Indonesia batal membeli base fuel sebesar 40.000 barel yang telah diimpor oleh perseroan, sebab terdapat kandungan etanol 3,5% dalam BBM tanpa campuran aditif dan pewarna tersebut.

Wakil Direktur Utama Pertamina Patra Niaga Achmad Muchtasyar mengungkapkan, hingga Jumat (26/9/2025), sudah terdapat dua operator SPBU swasta yang sebenarnya berminat membeli base fuel yang telah diimpor perseroan, yakni Vivo dan BP-AKR.

Dalam perkembangannya, setelah melakukan negosiasi secara bisnis ke bisnis atau business to business (B2B), BP-AKR dan Vivo membatalkan untuk melanjutkan pembelian BBM tersebut sebab setelah dilakukan pengecekan terdapat kandungan etanol 3,5%.

“Kontennya itu ada kandungan etanol. Nah, di mana secara regulasi itu diperkenankan. Kalau tidak salah sampai 20% etanol,” kata Achmad dalam rapat dengar pendapat dengan operator SPBU swasta dan Dirjen Migas ESDM di DPR, Jakarta, Rabu (1/10/2025).

“Ini yang membuat kondisi teman-teman SPBU swasta untuk tidak melanjutkan pembelian karena ada konten etanol tersebut,” lanjut Achmad.

Adapun, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Laode Sulaeman mengaku baru menemukan adanya kandungan etanol dalam BBM dasaran atau base fuel yang diimpor PT Pertamina Patra Niaga (PPN) untuk memasok operator SPBU swasta.

Sementara itu, dalam produk Pertamina lainnya seperti Pertalite (RON 90) hingga Pertamax (RON 92), Kementerian ESDM mengaku belum pernah mengecek apakah BBM yang dijual perusahaan pelat merah tersebut mengandung etanol atau tidak.

“Sejauh ini kita baru menemukan yang kemarin. Jadi kalau yang sebelum-sebelumnya kita tidak konfirmasi seperti itu,” kata Direktur Jenderal (Dirjen) Migas Kementerian ESDM Laode Sulaeman kepada awak media, di kantor BPH Migas, dikutip Jumat (3/10/2025).

Dalam kesempatan terpisah, Laode juga menegaskan penggunaan etanol dalam base fuel adalah praktik yang lazim. 

Menurutnya, BBM yang dijual di banyak negara juga mengandung etanol. Bahkan, lanjutnya, SPBU Shell di Amerika Serikat (AS) juga memperdagangkan bensin dengan kandungan etanol.

"Kalau di Amerika saja, Shell juga sudah pakai etanol. Di Amerika sendiri mereka bensinnya pakai etanol. Saya bisa kasih lihat bukti-bukti itu," ujarnya kepada awak media ditemui di kantor Kementerian ESDM, Jumat (3/10/2025).

Laode mengklarifikasi bahwa Ditjen Migas Kementerian ESDM hanya mengatur spesifikasi terkait dengan nilai RON dalam BBM fosil jenis bensin, bukan kandungan etanol di dalamnya. 

Ketentuan mengenai kandungan etanol baru diatur dalam persyaratan spesifikasi bahan bakar bensin berbasis nabati seperti bioetanol atau biogasoline.  

Dengan demikian, kandungan etanol dalam jumlah kecil dalam BBM dasaran dinilainya tidak memengaruhi kualitas.

“Etanol itu di internasional sudah banyak yang pakai, jadi tidak mengganggu performa. Bahkan bagus. Dengan menggunakan etanol itu, negara-negara yang punya industri hulu etanol besar kayak Brasil, mereka sudah pakai E-nya itu di atas 20%,” kata Laode.

“Jadi enggak ada masalah sih sebenarnya.”

(azr/wdh)

No more pages