Dia juga mengatakan, WFT bukanlah hacker yang pernah menjalani pendidikan IT. Dia bahkan tak mampu menyelesaikan pendidikan tingkat SMK. Seluruh kemampuannya melakukan peretasan, pencurian data, dan berjualan di darkweb adalah hasil belajar melalui media sosial dan bergabung pada sejumlah komunitas IT.
"Sehari-hari secara otodidak dia selalu mempelajari IT,” kata Herman. Dari situlah pelan-pelan dia mulai mempelajari bagaimana mencari uang di dunia dark web, di dunia computer.
Meski demikian, menurut dia, polisi belum menemukan potensi keterlibatan orang lain atau jejaring WFT dalam kejahatan sibernya. Dia melakukan jual beli data pada dark forum semata untuk mengumpulkan uang.
Berdasarkan pemeriksaan sementara, WFT bisa memperoleh uang hingga puluhan juta dari transaksi jual beli data -- tergantung kesepakatan dengan pembelinya. Sebagai upaya mengaburkan jejak, transaksi jual beli data tersebut menggunakan mata uang kripto.
“Jadi memang sehari-hari melalui dark forum ini dia, sementara faktanya, dia diduga melakukan jual beli data pribadi. Iya, semua dilakukan di rumah,” ujar Herman.
Jejak kejahatannya mulai terlacak saat WFT mengancam akan menyebarkan 4,9 juta data nasabah sebuah bank swasta pada Februari lalu. Bank tersebut kemudian melapor kepada polisi yang kemudian menelusuri seluruh jejak WFT dalam upaya pemerasan tersebut.
Dalam penyidikannya, polisi menemukan WFT adalah pemilik akun @bjorka dan @bjorkanesia di media sosial X sejak 2020. Dia juga menguasai sejumlah akun di dark forum dengan nama Bjorka, Skywave, Shinyhunter, hingga Opposite 6890 sejak Desember 2024.
(far/frg)






























