Logo Bloomberg Technoz

“Disayangkan bahwa kepemimpinan China memutuskan untuk menjadikan petani Amerika, khususnya petani kedelai, sebagai sandera atau pion dalam negosiasi dagang,” ujar Bessent.

Ia menambahkan, negosiasi mendatang akan berlangsung sebelum berakhirnya gencatan senjata tarif tertinggi pada 10 November.

Pada putaran negosiasi Juni lalu di sebuah mansion dekat Istana Buckingham, AS sepakat melonggarkan sebagian kontrol ekspor teknologi sensitif ke China. Sebagai gantinya, Beijing berjanji mempercepat pengiriman logam tanah jarang yang sangat penting bagi industri otomotif dan pertahanan AS.

Namun meski ada kesepakatan itu, China tetap menahan pembelian kedelai dari AS, memicu kekhawatiran di kalangan industri pertanian maupun politisi dari daerah penghasil kedelai.

Kekhawatiran Politik

“Kami ingin menjual kedelai ke China,” kata Senator John Hoeven, anggota Partai Republik dari North Dakota, salah satu negara bagian produsen kedelai utama. “Kami khawatir China benar-benar beralih ke pasar Amerika Selatan dan menyingkirkan petani kami. Tapi mereka melakukannya dengan sengaja sebagai alat tawar dalam negosiasi tarif.”

Hoeven membandingkan kondisi ini dengan periode pertama pemerintahan Trump, ketika China juga menggunakan kedelai sebagai senjata dagang. Saat itu, Trump berhasil mengamankan penjualan produk pertanian senilai 50 miliar dolar AS. “Seperti yang dikatakan Presiden, ia akan menjaga petani kita tetap bertahan sampai kesepakatan tercapai,” ujarnya.

Trump sendiri pada Rabu menyuarakan dukungan bagi petani lewat Truth Social. Ia menuding China “hanya demi alasan negosiasi” menahan pembelian kedelai, sekaligus menyiratkan bahwa pemerintah AS bisa menggunakan pendapatan dari tarif impor yang lebih tinggi untuk membantu petani yang terdampak.

Bessent diketahui memiliki lahan pertanian di North Dakota, yang kini sedang ia jual sebagai bagian dari kesepakatan etika dengan pemerintah awal tahun ini.

(bbn)

No more pages