Sebelumnya, konsensus pasar yang dihimpun Bloomberg dengan melibatkan 19 ekonom/analis menghasilkan median proyeksi pertumbuhan Agustus mengalami kontraksi atau minus 0,95% yoy. Walau masih negatif, tetapi membaik ketimbang Juli yang terkontraksi 5,86% yoy.
Perbaikan ini terjadi seiring pemulihan sektor manufaktur dalam negeri. Maklum, lebih dari 90% impor Indonesia adalah bahan baku/penolong dan barang modal untuk keperluan produksi di industri dalam negeri.
Pada Agustus, aktivitas manufaktur Ibu Pertiwi kembali ke zona ekspansi. Terlihat dari Purchasing Managers’ Index (PMI) yang sebesar 51,5.
PMI di atas 50 menandakan aktivitas yang ekspansif, bukan kontraksi. PMI manufaktur Indonesia akhirnya kembali ke zona ekspansi pada Agustus setelah sempat lima bulan beruntun terjebak di zona kontraksi.
"Pada pertengahan kuartal III-2025, sektor manufaktur Indonesia menunjukkan perbaikan. Perusahaan mencatat pertumbuhan di sisi produksi dan pesanan baru (new orders), dengan pesanan ekspor mencatat kenaikan tercepat dalam hampir dua tahun.
“Sebagai respons, perusahaan meningkatkan jumlah tenaga kerja dan pembelian untuk menyesuaikan permintaan dan kebutuhan produksi, sekaligus memanfaatkan stok barang jadi yang ada untuk menyelesaikan pesanan. Perusahaan juga berharap pertumbuhan produksi dapat berlanjut dalam waktu dekat, seiring menguatnya optimisme terhadap prospek tahun mendatang,” papar Usamah Bhatti, Ekonom S&P Global Market Intelligence, dalam keterangan tertulis.
(lav)

























