"Bank Sentral juga sinkron dengan kami, tujuannya sama. Menjaga stabilisasi ekonomi dan menciptakan pertumbuhan yang lebih cepat. Supaya kita semua kaya bareng-bareng lah gitu," tegasnya.
Pelemahan rupiah ini menurut sebagian ekonom juga merupakan indikasi sinyal pasar terkait keputusan Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) menaikkan bunga deposito valuta asing (valas) hingga 4% per tahun.
Menurut Chief Economist Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas), Dzulfian Syafrian mencontohkan, jika rupiah melemah setelah kebijakan diumumkan, artinya yang terjadi adalah perpindahan dana dari rupiah ke dolar di dalam negeri, bukan masuknya dana baru dari luar negeri.
Sebaliknya, bila rupiah menguat, maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan tersebut berhasil menarik kembali devisa dari luar negeri.
"Kalau misalkan itu yang terjadi [rupiah melemah], berarti itu kebijakannya mesti dipikirkan ulang, biar lebih tepat sasaran. Karena kan narasi yang dibangun sama Pak Menkeu, adalah untuk menarik duit dari luar ke dalam kan. Nah, itu berarti mesti dipikirkan," terangnya.
Namun, Menkeu Purbaya membantah soal langkah Himbara yang serentak menaikkan tingkat suku bunga deposito valas hingga 4% mulai awal November nanti. Purbaya justru mengatakan bahwa langkah tersebut merupakan manuver pribadi Himbara dalam menjalankan bisnisnya.
"Orang menuduh saya itu Menteri Keuangan mendikte perbankan untuk naikin bunga deposito ke 4%. Saya nggak pernah nyuruh Danantara atau perbankan untuk naikin," ujar Purbaya.
Hanya saja, Purbaya mengakui jika langkah Himbara tersebut muncul usai adanya lontaran pernyataan dirinya yang mengatakan pemerintah menyiapkan insentif untuk menarik dolar AS milik WNI kembali ke dalam negeri. Insentif itu diharapkannya dapat mendukung cadangan devisa hingga menambah suplai valas di Perbankan domestik.
Tetapi, dia tetap menggarisbawahi jika pemerintah hingga saat ini masih menghitung segala risiko yang muncul dari rencana pemberian insentif valas tersebut.
"Jadi itu belum selesai. Danantara mestinya akan memerintahkan Perbankan untuk melakukan praktik bisnis sesuai dengan kondisi pasar," tutur dia.
"Saya termasuk orang yang pro market juga, saya dorong bunga rendah, bukan dengan memaksa turunkan bunga, tetapi dengan memberi uang. Supaya suplainya bertambah, sehingga market mechanism berjalan."
(prc/yan)

































