"AS tidak dapat memangkas pengeluarannya karena berbagai alasan," ungkap Dalio dalam panel diskusi tersebut.
Dalio mengatakan AS akan menghabiskan US$7 triliun tahun ini dan hanya menerima US$5 triliun. Mengingat pembayaran bunga dan perpanjangan utang yang jatuh tempo, "ini berarti Anda harus menjual utang senilai US$12 triliun," sebutnya, tanpa menyebutkan jangka waktu.
"Pasar di dunia tidak memiliki permintaan yang sama untuk utang tersebut, dan hal itu menciptakan ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan," katanya, mengaitkan lonjakan kredit dengan "sifat manusia."
Pada kesempatan yang sama, Ng Kok Song, mitra pendiri Avanda Investment Management, mengatakan bahwa defisit dan masalah lain sedang mengancam kekuatan dan supremasi dolar AS.
Menanggapi pandangan Ng, Dalio menjelaskan para pejabat pemerintahan Trump, termasuk Menteri Keuangan Scott Bessent, sedang menyiapkan "langkah-langkah tertentu" untuk mengatasi masalah tersebut, seraya menambahkan bahwa dia tidak mengetahui langkah-langkah apa saja yang akan diambil.
"Berbicara dengan Menteri Bessent dan orang-orang di pemerintahan, ada kesadaran yang lebih besar atas masalah ini dan inisiatif yang lebih proaktif untuk mengatasinya daripada sebelumnya, jauh lebih besar," bebernya.
Ng mengatakan Inggris, Prancis, dan China juga mengalami masalah serupa. "AS telah mencapai titik kritis," ujarnya. "Kita tidak tahu kapan krisis akan terjadi."
Dalio mengatakan bahwa semua mata uang akan kesulitan mempertahankan perannya sebagai penyimpan kekayaan. "Kita melihat mata uang non-fiat menjadi gudang kekayaan," tuturnya, merujuk pada aset seperti emas dan kripto.
(bbn)































