Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu sebelumnya mengatakan militer telah memulai operasi intensif, menandai dimulainya fase baru kampanye militer. Radio Angkatan Darat Israel melaporkan pasukan berencana mengepung kota tersebut dalam beberapa hari.
Menlu Rubio meninggalkan Israel pada Selasa pagi menuju Qatar, di mana ia mengatakan akan berusaha meyakinkan pemimpin negara Teluk tersebut untuk kembali memediasi perundingan antara Israel dan Hamas. Qatar murka atas serangan rudal Israel ke ibu kotanya, Doha, sepekan lalu yang menargetkan para pejabat Hamas di kawasan permukiman.
Qatar, bersama dengan Mesir, menjadi perantara utama antara Israel dan Hamas sejak perang mereka dimulai.
"Kami ingin mereka tahu betapa kami menghargai dan menghormati semua waktu dan usaha yang mereka curahkan untuk negosiasi ini," kata Rubio kepada wartawan di Tel Aviv sebelum terbang ke Qatar, sekutu utama AS dan tempat pangkalan militer terbesar AS di Timur Tengah.
"Kami berharap mereka akan kembali terlibat, terlepas dari segala yang telah terjadi. Kami tahu mereka kesal karena hal itu."
Israel mulai mempersiapkan serangan terhadap Kota Gaza, yang dihuni sekitar satu juta jiwa, sekitar sebulan lalu. Dalam beberapa hari terakhir, pasukan Israel telah meratakan puluhan gedung pencakar langit.
Israel telah memerintahkan warga sipil untuk meninggalkan kota tersebut dan terus mendesak mereka yang masih tinggal untuk pergi.
Sejumlah negara—termasuk pemerintah di Eropa dan dunia Arab—mendesak Israel untuk menghentikan rencananya, mengatakan serangan tersebut akan memperparah penderitaan warga sipil Palestina.
Banyak orang telah mengungsi berkali-kali selama perang dan mengatakan tidak ada tempat yang aman atau tempat berlindung dan makanan yang cukup bagi mereka untuk mengungsi.
Menurut Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas, lebih dari 64.000 orang tewas di Gaza sejak Israel memulai agresinya. Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bahkan menyatakan bencana kelaparan di sebagian wilayah tersebut.
Penyelidikan yang ditugaskan PBB pada Selasa menyimpulkan bahwa Israel bertanggung jawab atas genosida di Gaza. Laporan itu juga menyerukan negara-negara memenuhi kewajiban mereka berdasarkan hukum internasional untuk menghentikannya dan "menghukum mereka yang bertanggung jawab."
"Jelas ada niat untuk menghancurkan warga Palestina di Gaza melalui tindakan-tindakan yang memenuhi kriteria yang ditetapkan dalam Konvensi Genosida," kata Navi Pillay, ketua komisi, merujuk pada arahan PBB yang diadopsi pada 1948.
Israel menolak laporan yang disebutnya "menyimpang dan palsu," menuduh temuan tersebut didasarkan pada "kebohongan Hamas."
(bbn)


































