Ega juga menyampaikan hingga Juli 2025, Pertamina telah menjual 59 juta kl produk termasuk untuk ritel dan industri. Dari total itu, 41% diantaranya merupakan penjualan produk-produk nonsubsidi.
Dalam kaitan itu, Ega melaporkan Pertamina Patra Niaga memiliki 231 titik terminal pasokan. Perinciannya terdapat 125 titik terminal BBM, 32 terminal gas minyak cair atau liquified petroleum gas (LPG), dan 74 depot pengisian bahan bakar avtur.
Selain itu, Pertamina Patra Niaga memiliki 15.345 titik penjualan BBM, termasuk 573 titik BBM Satu Harga. Lalu, terdapat 269.096 titik pangkalan LPG 3 kilogram (3kg) yang dimiliki Pertamina Patra Niaga.
“Bisnis yang terus tumbuh ini, kita terus mendorong produk-produk BBM berkualitas, termasuk dengan ditopang sistem digitalisasi guna memonitor dan pengawasan transaksi produk-produk PSO,” kata dia.
Untuk diketahui, Pertamina Patra Niaga sebelumnya melaporkan bahwa sepanjang kuartal I-2025 realisasi penyaluran Jenis Bahan Bakar Khusus Penugasan (JBKP) Pertalite sampai dengan akhir Maret 2025 mencapai 6,84 juta kl atau 21,9% dari kuota 2025.
Sementara itu, serapan jenis bahan bakar tertentu (JBT) Solar mencapai 4,19 juta kl atau 22,9% dari kuota 2025.
Adapun, korporasi juga sempat memproyeksikan konsumsi Pertalite berada dalam rentang 32,1 juta kl hingga 32,2 juta kl pada 2025.
Sejalan dengan itu, konsumsi solar diproyeksikan sebesar 18,6 juta kl hingga 18,7 juta kl, sementara minyak tanah atau kerosene adalah 525 ribu kl hingga 527 ribu kl pada 2025.
Sebelumnya, Kepala BPH Migas Erika Retnowati menuturkan kuota Pertalite pada 2025 ditetapkan sejumlah 31,2 juta kl, turun tipis dari 2024. Berdasarkan UU APBN 2025, kuota penyaluran Solar dipagu 18,8 juta kl, sementara minyak tanah (kerosene) 525.00 kl.
"Untuk JBKP Pertalite, kuotanya ada di angka 31,2 juta kl [pada 2025]," ucap Erika medio Desember tahun lalu.
(azr/wdh)































