China dan India mengambil porsi ekspor masing-masing sebesar 1,8 juta ton dan 0,8 juta ton untuk batu bara ITMG. Sementara itu, Jepang mengambil porsi 1 juta ton.
Adapun, ITMG turut mengalokasikan 1,3 juta ton batu bara untuk pasar di Indonesia. Beberapa ekspor jumlah kecil menyasar pada pasar Filipina, Taiwan, Hong Kong, Korea, Thailand, Bangladesh dan Eropa.
Di sisi lain, Junius mengatakan, kinerja perseroan turut tertekan oleh pelemahan harga rata-rata jual batu bara sepanjang tahun ini.
“Paruh pertama 2024, kita masih mencatatkan harga jual rata-rata sebesar US$96 per ton, namun tahun ini menurun menjadi sebesar US$78 per ton,” kata dia.
Seiring dengan koreksi harga jual batu bara itu, ITMG mencatatkan pelemahan laba mencapai 29,51% sepanjang semester I-2025. Emiten batu bara yang dikendalikan grup Banpu itu mencatat laba sebesar US90,98 juta, lebih rendah dari periode tahun sebelumnya di angka US$129,07 juta.
Adapun, pelemahan laba sejalan dengan penurunan pendapatan bersih sebesar 12,40% menjadi US$919,42 juta dari sebelumnya US$1,05 miliar pada semester I-2024.
Mayoritas pendapatan berasal dari penjualan batu bara ke pihak ketiga senilai US$897,16 juta. Selain itu, perusahaan juga mencatat penjualan ke pihak berelasi sebesar US$10,77 juta serta pendapatan jasa ke pihak ketiga senilai US$2,26 juta.
Meskipun pendapatan menyusut, ITMG berhasil menekan beberapa pos beban. Beban pokok pendapatan tercatat US$694,70 juta atau turun 10,28% dari US$774,29 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya. Beban penjualan juga terkoreksi 2,31% menjadi US$81,16 juta.
Hingga 30 Juni 2025, total aset ITMG mencapai US$2,39 miliar, sedikit menurun 0,83% dibandingkan posisi akhir 2024 sebesar US$2,41 miliar. Sementara itu, liabilitas tercatat US$516,38 juta dan ekuitas US$1,87 miliar.
(naw)
































