Logo Bloomberg Technoz

IHSG bergabung dengan Bursa Asia lain yang menetap di zona merah, NIKKEI 225 (Tokyo), KOSPI (Korea Selatan), IHSG (Indonesia), TW Weighted Index (Taiwan), TOPIX (Jepang), dan PSEI (Filipina) yang terpangkas masing–masing melemah 1,48%, 1,41%, 0,76%, 0,67%, 0,59%, dan 0,36%.

Sementara Bursa Saham Asia lainnya yang melesat di zona hijau i.a Hang Seng (Hong Kong), BSE SENSEX 30 (India), Shenzhen Comp. (China), SETI (Thailand), CSI300 (China), Shanghai Composite (China), dan Straits Time (Singapura), yang menguat masing–masing 1,86%, 0,43%, 0,31%, 0,26%, 0,14%, 0,12%, dan 0,05%.

Dengan demikian, IHSG adalah Bursa Saham dengan pelemahan terdalam ketiga di Asia, ada di antara deretan dua saham Jepang dan Korea.

Salah satu sentimen yang mendorong penyusutan pelemahan IHSG datang dari Neraca Perdagangan Indonesia yang berhasil surplus 63 bulan beruntun, sesuai ramalan pasar.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan pada Juli 2025, Indonesia berhasil mencatatkan surplus sebesar US$4,17 miliar, sesuai proyeksi konsensus pasar. Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia telah mencatat surplus selama 63 bulan beruntun sejak Mei 2020 silam.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini menjelaskan surplus pada Juli 2025 ini lebih ditopang oleh surplus pada komoditas non-migas yaitu sebesar US$5,75 miliar. Komoditas penyumbang surplus utamanya adalah lemak dan minyak hewani atau nabati. Kemudian bahan bakar mineral, serta besi dan baja.

Neraca perdagangan kumulatif Januari–Juli 2025, neraca perdagangan barang mencatat surplus sebesar US$23,65 miliar. Surplus sepanjang Januari hingga Juli 2025 ditopang oleh surplus komoditas non-migas sebesar US$34,06 miliar.

(fad/wep)

No more pages