“Sampai dengan saat ini progresnya sesuai dengan rencana," tuturnya.
Sebelumnya, proyek dengan nilai investasi mencapai Rp2,8 triliun itu ditargetkan rampung pada April 2026.
Proyek ini didanai lewat Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan dilaksanakan dengan skema pengadaan konstruksi terintegrasi Rancang dan Bangun (design and build). Skema ini dipilih mengingat kompleksitas dan urgensi pelaksanaan proyek.
Adapun, Cisem II yang membentang sepanjang 245 kilometer merupakan kelanjutan dari Proyek Cisem I, yang telah berhasil mengalirkan gas ke kawasan industri Kendal, Jawa Tengah, sejak November 2023.
Penerima manfaat dari pembangunan proyek Cisem II adalah Kilang Balongan, berbagai industri di wilayah Jawa Barat, jaringan gas rumah tangga, serta tambahan kebutuhan dari Pupuk Kujang.
Keberadaan proyek Cisem Tahap II akan melengkapi Cisem Tahap I sepanjang 60 kilometer yang telah selesai dibangun pada 2023 dan mulai beroperasi untuk memasok gas bumi ke Kawasan Industri Kendal sejak 17 November 2023 serta Kawasan Industri Batang sejak 27 Juli 2024.
Proyek Cisem II belakangan menjadi krusial di tengah defisit gas pipa yang dialami industri di Jawa Barat.
Sebelumnya, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) melaporkan posisi defisit gas makin lebar untuk pelanggan di kawasan Sumatra Selatan dan Jawa Barat.
Menurut hitung-hitungan PGAS, defisit gas untuk dua kawasan itu mencapai minus 177 miliar satuan panas britania per hari (BBtud) sampai akhir tahun ini.
Malahan, posisi minus neraca gas dari Sumatera Selatan & Jawa Barat mencapai level 513 BBtud pada 2035.
Selain itu, perusahaan gas negara tersebut turut memproyeksikan defisit gas makin lebar untuk kawasan di Jawa Timur. Saat ini, menurut hitung-hitungan PGAS, posisi neraca gas di Jawa Timur relatif surplus sekitar 14 BBtud dan 17 BBtud untuk tahun 2025 dan 2026.
Hanya saja, pasokan gas di Jawa Timur bakal mulai mencatatkan posisi minus pada 2027 mendatang, dengan posisi defisit 27 BBtud. Adapun, proyeksi defisit makin lebar ke level 194 BBtud pada 2035 nanti.
Di sisi lain, defisit gas untuk wilayah Sumatera Utara berada di rata-rata 12 BBtud sepanjang 2025 sampai dengan 2030. Nantinya, menurut proyeksi PGAS, defisit gas di Sumatera Utara bisa mencapai 96 BBtud pada 2035 nanti.
(mfd/naw)

































