“Kecuali ada pembatasan produksi wajib yang menekan pasokan domestik, kami memperkirakan ekspor billet akan terus berlanjut karena harga China sangat kompetitif,” kata Jinshan Xie, analis ferrous di Horizon Insights.
Ketahanan tersebut menunjukkan kemampuan pedagang baja China mencari pasar baru di tengah hambatan dagang. Hot-rolled coil, yang menghadapi tuduhan dumping dari Vietnam, Korea Selatan, serta beberapa tujuan utama lain, mencatat penurunan ekspor sekitar 13% dalam tujuh bulan pertama tahun ini.
Sejumlah suara dari industri baja domestik menyerukan pembatasan ekspor billet. Pada Juli, Asosiasi Besi dan Baja China mengusulkan pengendalian, dengan alasan perdagangan ini membuang kapasitas pengolahan dalam negeri, lantaran logamnya yang digulung di luar negeri sehingga membuat harga bijih besi tetap tinggi.
Indonesia menjadi pembeli terbesar baja setengah jadi sejauh tahun ini, dengan impor 1,14 juta ton, disusul Filipina dengan hampir 1 juta ton, lalu Turki, Italia, dan Arab Saudi.
(bbn)






























