Yuliot memerinci Indonesia ternyata sudah menekan Mou nuklir dengan AS, Kanada, Argentina, Rusia, China, dan Korea Selatan.
“Jadi nanti kita akan lihat mana teknologi [negara] yang lebih advance dan juga sebagai provider teknologi,” kata Yuliot ditemui di sela kegiatan Peluncuran Kelembagaan Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih, Selasa (15/7/2025).
Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Bidang ESDM Kadin Indonesia Aryo Djojohadikusumo mengatakan kerja sama pengembangan nuklir lebih aman jika dijalin dengan Korsel dan Kanada.
Dalam Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025—2034, Indonesia berencana membangun PLTN berkapasitas total 500 megawatt (MW).
Terkait dengan rencana itu, Aryo menyebut Kadin menerima banyak pertanyaan dari negara-negara lain soal pengembangan nuklir di Tanah Air.
Menurut dia, pembahasan terkait nuklir identik dengan negara seperti AS, Rusia, dan China. Namun, kata Aryo, sebetulnya negara seperti Kanada yang memiliki cadangan uranium cukup besar dan juga menarik.
“Ada teknologi yang sangat menarik dari Kanada dan Korea. Menurut saya ini jauh lebih diterima pemerintah Presiden Donald Trump, kami tidak ingin membuat pihak AS cemas,” kata Aryo melalui siaran pers, pertengahan Juli.
Aryo juga mengatakan rencana pembangunan PLTN di Indonesia menarik untuk dibahas, terutama untuk segmen reaktor skala kecil atau small modular reactor (SMR).
(wdh)




























