Logo Bloomberg Technoz

OJK Yakin Kredit Manufaktur & Konsumsi Tetap Kokoh, Ini Alasannya

Pramesti Regita Cindy
21 August 2025 10:30

Ilustrasi pabrik manufaktur tekstil dan pakaian jadi di Indonesia. (Muhammad Fadli/Bloomberg)
Ilustrasi pabrik manufaktur tekstil dan pakaian jadi di Indonesia. (Muhammad Fadli/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meyakini industri manufaktur masih memiliki prospek pertumbuhan kredit ke depan, meski Purchasing Managers’ Index (PMI) Indonesia pada Juli 2025 masih berada di zona kontraksi. PMI tercatat sebesar 49,2, naik dibandingkan bulan sebelumnya 46,9.

Menurut Dian Ediana Rae, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, prospek tersebut didukung oleh kesepakatan tarif impor Amerika Serikat (AS) terhadap produk Indonesia. Selain itu, didukung pula oleh tren penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI Rate, serta daya saing ekspor Indonesia yang relatif lebih baik dibanding sejumlah negara lain.

"Sektor manufaktur tetap memiliki potensi untuk terus tumbuh dalam rangka memenuhi kebutuhan terhadap barang konsumsi (pangan, pakaian, elektronik, otomotif, dll), meningkatkan volume ekspor barang jadi ke berbagai negara, serta menjalankan salah satu peran dalam penciptaan lapangan pekerjaan," jelas Dian dalam keterangan tertulisnya, dikutip Kamis (21/8/2025).


Sementara itu, kredit konsumsi per Juni 2025 tumbuh 8,49% dengan kualitas terjaga. Rasio kredit bermasalah (NPL gross) tercatat di level 2,25%. Adapun penyaluran kredit Buy Now Pay Later (BNPL) terus mencatatkan pertumbuhan tinggi. Hingga Juni 2025, baki debet kredit BNPL tercatat Rp22,99 triliun atau tumbuh 29,75% yoy, dengan jumlah rekening mencapai 26,96 juta.

Lebih lanjut Dian menilai, dengan program pemerintah yang dirancang untuk memperkuat daya beli masyarakat akan menjadi salah satu pendorong pertumbuhan kredit konsumsi dan turut mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.