Logo Bloomberg Technoz

Kemarin, harga emas dunia di pasar spot ditutup di US$ 3.333,3/troy ons. Melemah 0,09% dibandingkan penutupan perdagangan akhir pekan lalu.

Harga emas dunia bergerak terbatas, tidak signifikan. Sepertinya investor sedang memasang mode wait and see.

Penantian investor tertuju pada simposium tahunan bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve di Jackson Hole, Wyoming, pekan ini. Dari acara ini, pelaku pasar berharap bisa mendapatkan kisi-kisi soal arah kebijakan moneter ke depan.

Pasar mengantisipasi bahwa The Fed bakal lebih dovish. Sepertinya penurunan suku bunga acuan sudah di depan mata.

Sebelumnya, Gubernur The Fed Atlanta Raphael Bostic menyebut dirinya terbuka terhadap penurunan suku bunga acuan. Bostic memperkirakan Federal Funds Rate bisa turun sekali tahun ini.

“Pasar berekspektasi bahwa The Fed akan memberikan nada dovish dalam simposium Jackson Hole,” ujar Priyanka Sachdeva, Analis di Phillip Nova yang berbasis di Singapura, seperti dikutip dari Bloomberg News.

Namun, Sachdeva juga mengingatkan bahwa ada tendensi inflasi AS bakal ‘memanas’ karena kebijakan tarif Presiden Donald Trump. Ini bisa menjadi faktor penghambat penurunan suku bunga.

Berdasarkan CME FedWatch, peluang penurunan Federal Funds Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4-4,25% dalam rapat September adalah 83,6%. Lebih lebih rendah dibandingkan akhir pekan lalu yang sebesar 85,4%.

Sementara kemungkinan suku bunga acuan bertahan di 4,25-4,5% adalah 16,4%. Naik dari posisi akhir pekan lalu yang sebesar 14,6%.

Emas adalah aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset). Memegang emas akan lebih menguntungkan saat suku bunga turun.

Sebaliknya, memegang emas jadi kurang cuan saat suku bunga masih tinggi. Jadi perkembangan arah suku bunga akan sangat menentukan harga emas.

(aji)

No more pages