Efisiensi juga tercermin dari penurunan total biaya dan beban menjadi Rp8,7 triliun, turun 7,76% yoy dari Rp9,4 triliun. Beban pokok pendapatan susut 2% menjadi Rp3,63 triliun, sementara beban umum dan administrasi turun 22% menjadi Rp1,93 triliun.
Dengan tren ini, Catherine menyatakan momentum pertumbuhan akan terus dijaga. “Kinerja operasional dan keuangan kami konsisten membaik. Laba bersih sudah jelas ada di jangkauan kami” tegasnya.
Rekomendasi Konsensus
Berdasarkan konsensus analis Bloomberg, mayoritas analis menilai prospek saham GOTO masih positif. Sebanyak 24 analis atau 77,48% merekomendasikan beli, 7 analis (22,6%) merekomendasikan tahan, dan tidak ada rekomendasi jual.
Adapun target harga 12 bulan di level Rp97/saham. Dengan harga penutupan terakhir di Rp64, potensi kenaikan tercatat sekitar 51,6%.
Saham GOTO bergerak di zona hijau pada perdagangan Kamis (14/8/2025) setelah perseroan merilis laporan keuangan semester I-2025.
Berdasarkan laporan yang dipublikasikan pada Rabu (13/8/2025), GoTo membukukan pendapatan sebesar Rp8,56 triliun, tumbuh 11% secara tahunan (year-on-year/yoy) dibanding periode yang sama tahun lalu.
Di saat yang sama, perseroan berhasil menekan total biaya dan beban menjadi Rp8,73 triliun, turun 8% yoy. Penurunan ini antara lain disumbang oleh beban pokok pendapatan yang berkurang 2% yoy menjadi Rp3,63 triliun, serta beban umum dan administrasi yang menyusut 22% yoy menjadi Rp1,93 triliun
GoTo menargetkan EBITDA yang disesuaikan (adjusted EBITDA) pada 2025 dapat mencapai Rp1,4 triliun hingga Rp1,6 triliun.
Dalam keterangan resminya, manajemen menyatakan optimistis berada di jalur yang tepat untuk terus bertumbuh dan mencapai profitabilitas, dengan memanfaatkan ekosistem yang saling terhubung.
“Dengan menyesuaikan produk untuk berbagai demografi dan preferensi pengguna serta menggunakan platform untuk menyediakan layanan yang lebih terarah bagi basis pengguna, GOTO menargetkan menjangkau lebih banyak orang di seluruh Indonesia dengan lebih efisien,” tulis manajemen GOTO, dikutip Kamis (14/8/2025).
Manajemen menegaskan proyeksi tersebut mempertimbangkan kondisi pasar saat ini, namun tetap dipengaruhi sejumlah faktor ketidakpastian seperti persaingan pasar yang ketat, inflasi biaya, kondisi ekonomi makro, dan variabel eksternal lainnya.
(dhf)































