Lalu, ringgit menguat 0,17%, disusul penguatan dolar Taiwan 0,16% dan dolar Hong Kong yang naik tipis.
Sementara yen berbalik melemah, dengan penurunan nilai 0,20%, won turun 0,17%, disusul baht 0,16%, lalu yuan offshore dan yuan Tiongkok masing-masing melemah 0,04%, dolar Singapura tergelincir 0,01%.
Secara teknikal, rupiah spot berpeluang menguat ke level resistance terdekat pada level Rp16.250/US$. Lalu, resistance potensial selanjutnya menuju Rp16.200/US$ usai break trendline sebelumnya.
Teknikal rupiah juga memperlihatkan level Rp16.170/US$ sebagai level paling optimis penguatan rupiah hari ini di dalam time frame daily, tren jangka pendek.
Penguatan rupiah pagi ini terjadi ketika indeks saham domestik, IHSG, melanjutkan reli dengan menembus level 7.800. IHSG dibuka menguat 0,7% dan selanjutnya melesat hampir 1% kini di 7.865.
Adapun di pasar surat utang RI, setelah gelar lelang yang memecahkan rekor tertinggi sepanjang sejarah, terindikasi ada aksi ambil untung.
Yield SUN mayoritas naik terutama tenor pendek. Tenor 1Y SUN naik 2,5 bps pagi ini seperti ditunjukkan data OTC Bloomberg. Sedangkan tenor 2Y naik 1,5 bps. Tenor 5Y juga naik 0,7 bps. Sementara tenor 10Y naik tipis 0,1 bps. Namun, tenor 6Y dan 11Y masing-masing yield turun 1,6 bps dan 1,5 bps.
Data inflasi AS tadi malam hampir semuanya sesuai ekspektasi pasar sehingga memperkuat skenario pemangkasan bunga acuan Federal Reserve pada pertemuan komite bulan depan. Meski kenaikan inflasi core CPI yang lebih tinggi ketimbang prediksi, akan tetapi kenaikannya tidak sebesar yang ditakutkan pasar sehingga respon para pedagang masih bullish.
Imbal hasil US Treasury, surat utang Pemerintah AS, turun terutama untuk tenor pendek mengisyaratkan optimisme akan laju dovish The Fed ke depan.
Hal itu memberi keuntungan pada aset-aset emerging market. Penurunan bunga acuan akan membawa pula penurunan tingkat imbal hasil investasi di negara dengan ukuran ekonomi terbesar di dunia tersebut, sehingga dana global akan bergerak mencari yield lebih tinggi di emerging market, tak terkecuali di Indonesia.
Greget itu sudah mulai tampak baik di pasar ekuitas dan memperkuat pamor surat utang RI yang sudah melesat beberapa waktu belakangan.
Pada perdagangan sepekan ini, investor asing di bursa saham telah membukukan net buy senilai US$ 187,9 juta, sekitar Rp3,05 triliun dengan kurs terakhir.
Sedangkan di pasar surat utang negara, nilai net buy investor global telah mencapai US$ 132,4 juta, sekitar Rp2,15 triliun.
Lelang SUN yang digelar kemarin juga menunjukkan, 'pesta' belanja aset di Indonesia sepertinya dimulai.
Nilai incoming bids pada lelang SUN hari Selasa kemarin menembus rekor tertinggi sepanjang masa yakni mencapai Rp162,32 triliun, melonjak lebih dari 50% dibanding lelang sebelumnya.
(rui)





























