Logo Bloomberg Technoz

Indeks dolar AS, DXY, telah membukukan pelemahan mingguan 0,97% pada pekan lalu, ditutup di level 98,18. Walau pagi ini DXY bergerak di kisaran 98,25, akan tetapi sentimen pasar cenderung stabil dengan mempertahankan ekspektasi penurunan suku bunga acuan Federal Reserve di sisa tahun.

Para pedagang di pasar keuangan pada pekan ini akan mencermati rilis data inflasi Indeks Harga Konsumen (CPI) Amerika Serikat untuk bulan Juli. Konsensus pasar sejauh ini memperkirakan inflasi CPI inti bulan lalu akan menyentuh 3% year-on-year, naik dibandingJuni 2,9%. Sementara angka inflasi umum diperkirakan juga naik 2,8% dari 2,7% pada bulan sebelumnya.

Bila angka yang dirilis pada Selasa waktu setempat itu lebih kecil, maka ekspektasi penurunan bunga acuan The Fed akan kian membesar dan melemahkan dolar AS. Mata uang pasangannya, termasuk rupiah akan mendapat angin untuk menguat lebih meyakinkan.

Adapun dari dalam negeri, pasar akan fokus pada penyampaian Nota Keuangan oleh Presiden Prabowo yang akan memberikan gambaran akan fokus pembangunan ke depan dari paparan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2026.

Pekan ini, data penjualan mobil juga akan dicermati, berikut rilis laporan terbaru Statistik Utang Luar Negeri Indonesia (SULNI).

Reli surat utang

Capaian kinerja rupiah yang cemerlang pada pekan lalu didukung oleh arus modal asing yang deras ke pasar keuangan domestik. 

Berdasarkan data Bank Indonesia, mengacu pada data transaksi 4 – 7 Agustus 2025, investor nonresiden tercatat beli neto sebesar Rp9,24 triliun.

Angka itu terdiri dari beli neto sebesar Rp640 miliar di pasar saham, Rp6,27 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), dan Rp2,33 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Pada perdagangan hari Jumat, tingkat imbal hasil SBN tenor acuan 10 tahun bahkan menyentuh level terendah sejak September 2023 silam didorong oleh kenaikan ekspektasi penurunan bunga acuan, juga tren penguatan rupiah.

Yield SUN 10Y menyentuh 6,42%, memperpanjang penurunan sejak level tertinggi pecah pada Januari silam, dengan total penurunan imbal hasil telah mencapai 90 basis poin (bps).

Investor asing telah memborong SBN sekitar US$ 3,56 miliar, sekitar Rp57,99 triliun dengan kurs terakhir. Nilai pembelian asing di SBN itu telah melampaui total belanja investor nonresiden sepanjang tahun lalu.

"Posisi global fund untuk obligasi bermata uang lokal, relatif rendah di Indonesia terutama dibandingkan dengan [posisi] di pasar berimbal hasil tinggi lainnya. Kembalinya posisi investor ke posisi yang lebih normal secara historis di Indonesia kemungkinan akan mendukung obligasi pemerintah sehingga mendorong imbal hasil lebih tinggi lagi," komentar Philip McNicholas, Ahli Strategi di Robeco, Singapura, dilansir dari Bloomberg News.

Asing kini menguasai sekitar Rp935,37 triliun SBN per data 7 Agustus. Nilai itu masih di kisaran 14% dari total outstanding SBN di pasar.

(rui)

No more pages