Logo Bloomberg Technoz

Ekonom Lapor PBB, Minta Investigasi Kejanggalan Data BPS

Pramesti Regita Cindy
08 August 2025 16:40

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti. (Bloomberg Technoz/Dovana Hasiana)
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti. (Bloomberg Technoz/Dovana Hasiana)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Ekonom Center of Economic and Law Studies atau Celios mengirim surat resmi kepada badan statistik milik Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), yakni United Nations Statistics Division (UNSD) dan United Nations Statistical Commission, guna meminta investigasi teknis atas metode penghitungan produk domestik bruto (PDB) Indonesia.

Hal ini tak terlepas dari kontroversi terkait data pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II 2025 sebesar 5,12% yang dirilis oleh BPS yang jauh lebih tinggi dibanding proyeksi konsensus, dan dianggap tak sesuai dengan kondisi riil perekonomian.

Sejalan dengan hal tersebut, Celios menyatakan aksi ini dilakukan sebagai salah satu upaya menjaga kredibilitas data BPS yang selama ini digunakan untuk berbagai penelitian oleh lembaga akademik, analis perbankan, dunia usaha termasuk UMKM dan masyarakat secara umum.  


"Surat yang dikirimkan ke PBB memuat permintaan untuk meninjau ulang data pertumbuhan ekonomi, dan menemukan industri manufaktur tumbuh tinggi, padahal PMI Manufaktur tercatat kontraksi pada periode yang sama," kata Direktur Eksekutif Celios Bhima Yudhistira dalam keterangannya, Jumat (8/8/2025).

"Porsi manufaktur terhadap PDB juga rendah yakni 18,67% dibanding triwulan ke-I 2025 yang sebesar 19,25%, yang artinya deindustrialisasi prematur terus terjadi. Data PHK massal terus meningkat, dan industri padat karya terpukul oleh naiknya berbagai beban biaya. Jadi apa dasarnya industri manufaktur bisa tumbuh 5,68% yoy? Data yang tidak sinkron tentu harus dijawab dengan transparansi," jelasnya.