Saat ditanya mengenai hal ini pada Kamis, juru bicara utama Jepang, Yoshimasa Hayashi mengatakan Akazawa telah mengonfirmasi kembali kesepakatan tarif universal dengan AS.
Akazawa bertemu dengan Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick pada Rabu di AS, menegaskan kembali ketentuan-ketentuan perjanjian dagang yang dicapai bulan lalu dan mendesak implementasinya segera. Prioritas utama Jepang adalah agar AS segera menepati janjinya untuk memangkas tarif mobil.
Kesepakatan Juli juga mencakup janji untuk mengubah tarif universal Jepang menjadi 15%, naik dari tarif dasar 10% tetapi lebih rendah dari ancaman 25%. Tarif baru ini berlaku hari ini, tetapi perselisihan mengenai penumpukan tarif menunjukkan kedua belah pihak belum sependapat mengenai detail dan implementasinya.
Kyodo News, mengutip pejabat Gedung Putih yang tidak disebutkan namanya, melaporkan tarif 15% akan ditambahkan ke pungutan yang sudah ada. Hal ini sejalan dengan perintah eksekutif yang dikeluarkan pemerintah AS pekan lalu, yang berbunyi bahwa batas 15% berlaku untuk Uni Eropa, tetapi tidak menyebutnya berlaku juga untuk Jepang.
Perbedaan ini mungkin cakupannya terbatas. Sebelum Trump mulai mengumumkan tarif baru bagi negara-negara di seluruh dunia, AS sudah menerapkan pungutan rata-rata 1,4% untuk barang-barang Jepang, menurut perkiraan pada Februari oleh Kenichi Kawasaki, profesor di National Graduate Institute for Policy Studies.
Yang lebih penting, Jepang mendesak Presiden AS Donald Trump untuk menurunkan tarif mobil menjadi 15% dari 27,5%, kombinasi dari tarif eksisting sebesar 2,5% dan tambahan 25%, sesuai yang disepakati dalam perjanjian. Masih belum jelas kapan perubahan ini akan terjadi.
Implementasi kesepakatan ini menjadi salah satu alasan Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba tetap menjabat, meski partainya mengalami kekalahan bersejarah pada Pemilu bulan lalu.
"Ada berbagai perdebatan mengenai tarif, tetapi kami telah mencapai kesepakatan," kata Ishiba dalam konferensi pers di Hiroshima pada Rabu. "Seperti yang dinyatakan oleh pejabat pemerintah AS yang terlibat dalam negosiasi dagang AS-Jepang sebelumnya, melaksanakan kesepakatan jauh lebih sulit daripada menyetujuinya."
(bbn)































