Logo Bloomberg Technoz

BMI mencatat kebijakan mandatori biodiesel di Tanah Air akan mengkerek harga CPO global. Kebijakan itu, juga dapat menyebabkan perebutan bahan baku hingga akhirnya harga minyak nabati itu pun meningkat.

“Hal ini juga akan memperkuat persaingan perebutan CPO untuk penggunaan pangan, sehingga meningkatkan biaya bagi konsumen yang bergantung pada minyak sawit domestik yang terjangkau,” tegas BMI.

Lebih lanjut, BMI memprediksi produksi minyak sawit Indonesia naik dari sekitar 45 juta ton pada 2024 menjadi lebih dari 50 juta metrik ton pada 2026. Penerapan kebijakan pengalihan ekspor minyak sawit untuk kebutuhan domestik juga diprediksi memperkuat kebutuhan kelapa sawit untuk B50.

Dengan begitu, BMI menilai rencana Indonesia menaikkan tingkat pencampuran dari B40 menjadi B50 pada 2026 akan tercapai jika melihat potensi produksi minyak sawit pada akhir 2025 hingga 2026.

“Pada Mei 2025, Pemerintah Indonesia mengumumkan kebijakan untuk mengalihkan 5,3 juta ton minyak sawit mentah dari ekspor ke produksi biodiesel B50. Kebijakan ini akan mengurangi volume ekspor dari 26 juta ton pada 2024 menjadi 21 juta ton pada 2026,” tulis BMI.

Gabungan Industri Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) sebelumnya memandang setoran pungutan ekspor (PE) minyak kelapa sawit berpotensi makin turun imbas produksi yang stagnan, sehingga dapat memengaruhi target implementasi biodiesel B50 pada 2026.  

Ketua Umum Gapki Eddy Martono mengatakan setoran PE CPO yang turun akan berdampak pada kapasitas pendanaan program mandatori biodiesel oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).

Belum lagi, kata Eddy, harga CPO global pada tahun mendatang diestimasikan terus mengalami kenaikan di sekitar US$1.000—US$1.100 per ton. Harga CPO diprediksi naik akibat produksi komoditas tersebut stagnan sehingga kebutuhan CPO global tak terpenuhi.

“Dengan produksi yang stagnan sepertinya agak sulit implementasi B50. Sebab, begitu suplai ke dunia kurang, harga minyak nabati dunia termasuk minyak sawit akan meningkat,” kata Eddy ketika dihubungi, Rabu (30/7/2025).

Eddy memandang, jika harga minyak kelapa sawit dunia kembali lebih tinggi dari minyak nabati lainnya, negara pengimpor CPO Indonesia berpotensi beralih ke komoditas minyak nabati lainnya.

Walhasil, ekspor CPO Tanah Air berpotensi tergerus, padahal biaya insentif biodiesel berasal dari PE CPO tersebut.

Adapun, ‘subsidi’ biodiesel untuk program B40 pada tahun ini diproyeksikan sekitar Rp35,5 triliun, naik dari realisasi sepanjang 2023 senilai Rp26,23 triliun untuk menyokong program B35.

Alokasi ‘subsidi’ biodiesel pada 2025 hanya dibatasi untuk segmen public service obligation (PSO) sebanyak 7,55 juta kiloliter (kl) dari total target produksi B40 tahun ini sebanyak 15,6 juta kl.

(azr/wdh)

No more pages