Logo Bloomberg Technoz

Sejumlah saham emiten emas yang menempati jajaran top gainers:

  • Bumi Resources Minerals (BRMS) menguat 11,4% di posisi Rp468
  • Hartadinata Abadi (HRTA) menguat 8,27% di posisi Rp720
  • J Resources Asia Pasifik (PSAB) menguat 6% di posisi Rp424
  • Aneka Tambang (ANTM) menguat 4,76% di posisi Rp3.080
  • Archi Indonesia (ARCI) menguat 3,36% di posisi Rp770
  • Merdeka Copper Gold (MDKA) menguat 3% di posisi Rp2.400

Saham LQ45 ini juga menguat:

  • Vale Indonesia (INCO) menguat 5,42% di posisi Rp3.890
  • Pertamina Gas Negara (PGAS) menguat 4% di posisi Rp1.690
  • Indosat (ISAT) menguat 3,17% di posisi Rp2.280
  • Mitra Adiperkasa (MAPI) menguat 3,04% di posisi Rp1.185
  • Adaro Andalan Indonesia (AADI) menguat 1,79% di posisi Rp7.100

Sentimen Bunga The Fed Dorong Harga Emas

Harga emas dunia ditutup naik pada perdagangan kemarin, sekaligus mengakumulasi kenaikan 4 hari berturut–turut. Harapan penurunan suku bunga yang bertambah terang membuat harga sang logam mulia terangkat.

Pada Selasa di perdagangan kemarin, harga emas dunia di pasar spot ditutup di US$ 3.382,1/troy ons. Menguat 0,23% dibanding penutupan perdagangan hari sebelumnya dan menjadi yang tertinggi sejak 23 Juli atau dalam 2 minggu.

Harga emas pun genap melesat di zona hijau 4 hari beruntun. Selama 4 hari tersebut, harga bertambah 3,28% point–to–point.

Pada perdagangan hari ini, Rabu, harga emas sempat menyentuh level tertingginya mencapai US$ 3.385,37/troy ons, sebelum melandai di posisi saat ini per 16.45 WIB, di posisi US$ 3.361,76/troy ons, berdasarkan data Bloomberg.

Sentimen positif bagi harga emas adalah ekspektasi terhadap pemangkasan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat. Usai rilis data yang mengecewakan.

Institute of Supply Management (ISM) melaporkan aktivitas sektor jasa AS yang dicerminkan dengan Purchasing Managers’ Index (PMI) berada di 50,1 pada Juli. Turun ketimbang Juni yang sebesar 50,8 dan lebih rendah daripada estimasi pasar dengan catatan 51,5.

Oleh karena itu, pelaku pasar makin yakin Bank Sentral Federal Reserve bakal menurunkan suku bunga acuan. Mengutip CME FedWatch, kemungkinan penurunan Federal Funds Rate sebesar 25 basis poin menjadi 4—4,25% dalam rapat September mencapai 92,4% probabilitas. 

Emas adalah aset yang tidak memberikan imbal hasil (non–yielding asset). Memegang emas niscaya lebih menguntungkan saat suku bunga bergerak turun.

“Kecemasan akan perlambatan Ekonomi di AS di tengah kegelisahan terhadap risiko inflasi akibat kebijakan tarif membuat permintaan emas meningkat. Dengan ekspektasi penurunan suku bunga yang makin besar, emas pun menjalani momentum bullish,” papar Ewa Manthey, Strategist di ING Groep NV, seperti yang dilaporkan Bloomberg News.

Terlebih lagi, Citigroup Inc memproyeksikan harga emas bakal kembali mencetak rekor tertinggi baru dekat–dekat ini akibat melemahnya data ekonomi AS dan tarif yang mengerek inflasi.

Para analis, termasuk Max Layton, dalam catatannya, menilai logam mulia emas akan diperdagangkan antara US$3.300 dan US$3.600 per ons dalam tiga bulan ke depan, sebagian disebabkan oleh pungutan impor AS yang rata–rata lebih tinggi dari estimasi sebesar 15%.

"Pasar khawatir akan resesi AS akibat suku bunga tinggi selama tiga tahun terakhir, membeli emas untuk melindungi diri dari risiko penurunan," tulis mereka. "Kekhawatiran ini kemungkinan hanya meningkat dalam enam bulan terakhir mengingat adanya kebijakan tarif dagang terbesar dalam seabad oleh Presiden Trump."

Pandangan itu senada dengan analis lain yang optimistis dari Goldman Sachs Group Inc. dan Fidelity International.

(fad/wep)

No more pages