Selisih imbal hasil SUN dengan UST saat ini sedikit menyempit di kisaran 225 bps, level yang dinilai masih cukup atraktif di mata investor nonresiden.
Koreksi harga obligasi negara kemungkinan juga dipengaruhi oleh data pertumbuhan ekonomi RI pada kuartal II-2025 yang lebih baik ketimbang prediksi semua ekonom.
"Karena pertumbuhan yang lebih kuat dari perkiraan, kebijakan moneter ke depan kemungkinan akan lebih bernuansa dan seimbang antara mendorong pertumbuhan dan menjaga stabilitas," kata Head of Research Mirae Asset Sekuritas Rully Arya Wisnubroto, dilansir dari Bloomberg News.
Sejak pagi tadi, pergerakan harga aset di pasar keuangan domestik bervariasi dalam kisaran terbatas. Rupiah misalnya, dibuka melemah saat awal perdagangan spot dan selanjutnya berhasil menguat hingga menyentuh level Rp16.368/US$ pada pukul 13:17 WIB.
Gerak rupiah spot yang lebih kuat pada sesi perdagangan siang ini mengekor tren di pasar offshore. Rupiah NDF siang ini ditransaksikan di kisaran Rp16.374/US$, menguat 0,16% dibanding posisi hari sebelumnya.
Penguatan rupiah juga terdorong pelemahan lagi indeks dolar di kisaran 98,71 yang juga memberi penguatan pada mayoritas mata uang Asia. Peso, yen, rupee, baht, rupiah, dolar Singapura serta ringgit, kesemuanya bergerak menguat.
Hanya won, dolar Taiwan serta yuan Tiongkok, yuan offshore serta dolar Hong Kong yang masih tertahan di zona merah.
Adapun di pasar saham, IHSG yang menguat sejak awal perdagangan, berbalik melemah tipis menutup sesi pertama hari ini dengan penurunan 0,01% di 7.514.
(rui)





























