“Pertumbuhan ekonomi Indonesia sepertinya melambat pada kuartal II-2025. Konsumsi rumah tangga dan investasi terbeban akibat ketidakpastian, termasuk akibat kebijakan Amerika Serikat (AS),” sebut Tamara Mast Henderson, Ekonom Bloomberg Economics, dalam risetnya.
Ekspor, lanjut Henderson, kemungkinan membaik. Ini karena dunia usaha mempercepat pengiriman ke Negeri Paman Sam sebelum pemberlakuan tarif yang lebih tinggi.
Pemerintah, tambah Henderson, juga menggenjot belanja bantuan sosial (bansos). Termasuk akselerasi program Makan Bergizi Gratis (MBG).
“Namun, semua itu rasanya belum cukup untuk mengkompensasi perlambatan konsumsi dan investasi, sebagaimana tercermin dari indikator berbagai aktivitas ekonomi,” tegas Henderson
Sebelumnya, BPS melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di level 4,87% pada kuartal I 2025. Angka pertumbuhan ini tercatat terendah sejak kuartal III 2021 lalu.
Angka ini juga berada di bawah konsensus. Hasil konsensus pasar yang dihimpun berdasarkan survei Bloomberg, memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal ini akan tumbuh 4,92%
Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti saat itu menyebutkan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2025 tumbuh melambat 4,87% dibandingkan kuartal I 2024 atau secara tahunan (year-on-year/yoy). Angka pertumbuhan ini berada di bawah pertumbuhan kuartal I 2024 yang berada di level 5,1% (yoy).
"Jika dibandingkan kuartal IV 2024 atau kuartalan, ekonomi Indonesia terkontraksi 0,98%," ujar Amalia pada Mei 2025 lalu.
Dia menjelaskan, pertumbuhan ekonomi pada kuartal I umumnya memang relatif lebih rendah dibandingkan kuartal IV tahun sebelumnya.
(lav)































