Khudori menjelaskan lebih dari dua dekade terakhir telah terjadi perubahan drastis pada preferensi konsumen beras. Beras tidak lagi dipandang sebagai komoditas homogen, tapi produk heterogen sesuai atribut seperti rasa, kualitas, varietas, kemasan, dan bahkan brand.
Bahkan, menurutnya saat ini pangsa beras premium aneka merek ini diperkirakan 30% dari konsumsi nasional.
“Apapun kebijakan yang diambil, termasuk penyederhanaan klasifikasi beras, harus menimbang kondisi riil tersebut,” ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Koordinator (Menko) Bidang Pangan Zulkifli Hasan mengungkapkan pemerintah sepakat menghapus klasifikasi beras medium dan premium yang diedarkan di pasar.
Langkah ini dilakukan merespons temuan praktik culas sejumlah produsen yang diduga telah mengoplos beras antara jenis premium dan medium. Zulkifli mengatakan beras hanya satu jenis, kemasan hingga merek saja yang membedakan menjadi medium dan premium.
“Maka beras nanti kita akan buat hanya satu jenis beras saja. Beras ya beras, sudah. Ya tidak lagi medium dan premium,” tegas Zulkifli usai rapat koordinasi di kantornya, Jumat (25/7/2025).
Zulkifli menyebut beras hanya dibedakan berdasarkan jenisnya seperti beras Pandan Wangi, Basmati, hingga Japonica.
“Beras khusus itu berdasarkan jenis yang diberikan izin oleh pemerintah. Ada beras pandan wangi, betul enggak dia memang beras yang terbaik? Tentu ada sertifikatnya dikeluarkan oleh pemerintah,” jelasnya.
(ell)

































