Sekitar 20.000 pengunjuk rasa yang dipimpin oleh partai-partai oposisi berkumpul di sekitar Lapangan Merdeka yang ikonik di Kuala Lumpur, meski diguyur hujan pada hari Sabtu. Ini merupakan aksi unjuk rasa besar pertama yang ditujukan kepada Anwar sejak ia menjabat pada 2022, dan juga aksi protes massal pertama sejak tahun 2018.
Mahathir Mohamad, mantan perdana menteri berusia 100 tahun yang pernah menjabat pada 2018, menjadi tokoh utama dalam unjuk rasa hari Sabtu, di mana ia mempertanyakan legitimasi Anwar dan menyoroti bahwa pemerintahannya terbentuk dari aliansi longgar pasca pemilu yang tidak menghasilkan mayoritas jelas tiga tahun lalu.
“Kamu bukan Perdana Menteri karena pilihan rakyat,” kata Mahathir. “Sekarang rakyat ingin kamu mundur, kamu tidak layak lagi menjadi PM.”
Anwar, yang memimpin Partai Keadilan Rakyat yang multirasial, menghadapi kritik terkait meningkatnya biaya hidup, penanganan kontroversial terhadap pengangkatan hakim, serta upaya untuk mendapatkan kekebalan hukum dalam kasus dugaan pelecehan seksual, dan isu-isu lainnya.
Anwar tampak tidak terganggu oleh unjuk rasa tersebut, meremehkan dampaknya dan mengatakan bahwa ia “tidak diundang” ke aksi tersebut. Beberapa hari sebelum unjuk rasa, ia mengumumkan paket bantuan tunai untuk seluruh warga Malaysia dan pemotongan harga bensin, yang ia sebut sebagai “paket penghargaan” untuk rakyat.
(lav)































