"Thailand meminta Kamboja untuk bekerja sama dalam upaya penjinakan ranjau kemanusiaan di sepanjang perbatasan kedua negara sebagaimana disepakati secara bilateral oleh kedua perdana menteri."
Seorang juru bicara pemerintah Kamboja belum menanggapi permintaan komentar.
Sengketa perbatasan antara kedua negara telah menjadi titik perselisihan utama, terutama sejak baku tembak pada 28 Mei menewaskan seorang tentara Kamboja.
Perdana Menteri (PM) Thailand Paetongtarn Shinawatra kemudian berusaha meredakan ketegangan melalui percakapan telepon dengan mantan pemimpin Kamboja Hun Sen. Namun, percakapan tersebut bocor, membuat situasi dalam negeri gempar dan jabatan PM Thailand ditangguhkan oleh pengadilan.
Pernyataan Kemlu mengenai ranjau tersebut merupakan salah satu pernyataan paling kerasnya terhadap Kamboja sejak Mahkamah Konstitusi menskors Paetongtarn sembari menunggu penyelidikan etik atas penanganannya terhadap sengketa tersebut.
Ranjau-ranjau tersebut ditemukan di Chong Bok, lokasi baku tembak pada Mei. Para pejabat Thailand mengatakan insiden tersebut terjadi karena tentara Kamboja menggali parit di wilayah perbatasan dan melepaskan tembakan ke arah tentara Thailand. Kamboja menyatakan pasukannya telah lama ditempatkan di sana dan berbalik menyalahkan Thailand karena menembak terlebih dahulu.
Kedua negara memiliki sejarah bentrokan terkait sengketa lahan, tetapi secara umum mempertahankan hubungan yang baik sejak konflik mematikan pada 2011 yang menewaskan puluhan orang. Namun, sejak Mei, kedua pihak telah mengerahkan pasukan di sepanjang perbatasan dan membatasi penyeberangan darat yang berfungsi sebagai jalur perdagangan vital.
Kamboja mengatakan ingin Mahkamah Internasional (ICJ) di Den Haag membantu menyelesaikan status sengketa Chong Bok dan tiga wilayah perbatasan sengketa lainnya. Thailand sendiri tidak mengakui yurisdiksi ICJ.
(bbn)

































