Logo Bloomberg Technoz

"Ini kemudian yang menyebabkan bank berhitung. Daripada menyalurkan kredit yang imbal hasilnya nggak terlalu besar, malah sekarang imbal hasil lebih besar di SBN. Inilah yang membuat bank, dari perspektif bisnis lebih menguntungkan menaruh uangnya di SBN," jelasnya.

Ia juga mengamini, langkah bank menyimpan dana di SBN untuk menghindari gagal bayar nasabah. Kata dia, bank menilai risiko bisnis bukan hanya dari sisi produsen tetapi juga konsumen. Di tengah kondisi daya beli masyarakat yang lemah, peluang gagal bayar terbilang tinggi.

Oleh karena itu, menurut Riefky, untuk mendorong kredit di masyarakat, pemerintah pusat perlu melakukan reformasi struktural, peningkatan iklim usaha, hingga melakukan deregulas bisnis.

"Yang BI bisa lakukan hanya sejauh menurunkan BI rate dan insentif lainnya. Tapi kalau sektor rillnya masih lemah dan tak produktif ini juga tidak akan membantu banyak," pungkasnya.

Sebagai catatan, pada Juni 2025 kredit perbankan hanya tumbuh 7,77% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (yoy). Angka ini menurun dibandingkan pertumbuhan Mei 2025 yang mencapai 8,43% (yoy).

Bunga deposito 1 bulan perbankan mengalami kenaikan dari 4,81% pada Mei 2025 menjadi 4,85% pada Juni 2025 dan bunga kredit bank 12 bulan stagnan di 9,16%.

Padahal indikator suku bunga lainnya sudah dalam mengalami penurunan. Suku bunga Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) untuk tenor 6, 9, dan 12 bulan, masing-masing turun dari 6,4%, 6,44%, dan 6,47% menjadi 5,85%, 5,86%, dan 5,87% per 11 Juli.

Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah juga bergerak turun. Untuk tenor 2 tahun, terjadi penurunan dari 6,13% menjadi 5,86%. Sementara untuk tenor 10 tahun berkurang dari 6,71% ke 6,56%.

No more pages