Logo Bloomberg Technoz

"Mengingat pernyataan Presiden Trump yang berfluktuasi, ketidakpastian kemungkinan akan terus berlanjut," kata Takeshi Minami, Kepala Ekonom Norinchukin Research Institute, salah satu ekonom yang memperkirakan ekonomi Jepang terjerumus ke dalam resesi teknikal pada kuartal lalu. Konsensus perkiraan menunjukkan Jepang masih akan mencatat pertumbuhan pada kuartal kedua.

Laporan terbaru menunjukkan ekspor ke AS merosot 11,4% dari tahun sebelumnya, sebagian besar sejalan dengan penurunan pada bulan sebelumnya. Nilai pengiriman kendaraan turun 27%, begitu juga dengan baja yang anjlok 29%.

Namun, penurunan di sektor otomotif tampaknya sebagian besar disebabkan oleh pemotongan harga yang agresif oleh produsen mobil Jepang sebagai respons terhadap tarif, sedangkan jumlah mobil penumpang yang dikirim justru naik 4,6% dibandingkan tahun sebelumnya.

"Ekspor ke AS, terutama mobil, sudah turun signifikan. Produsen mobil memangkas biaya dan mengorbankan keuntungan mereka demi menanggung dampak tarif, sehingga nilai ekspor mobil menurun, sedangkan volumenya meningkat," ujar Minami.

Ancaman dan penerapan tarif lebih tinggi dari pemerintahan Trump membuat ketidakpastian dalam perdagangan global tetap tinggi, di mana hanya sedikit kesepakatan bilateral yang telah tercapai. Negosiasi antara AS dan banyak negara, termasuk Jepang, berjalan lambat lantaran negara-negara kesulitan mencapai kesepakatan.

Tokyo terkena tarif 25% untuk mobil dan suku cadang mobil, serta pungutan 50% untuk baja. Terpisah, pada Juni, Jepang juga dikenai tarif dasar 10% untuk semua ekspor lainnya ke AS. Tarif resiprokal akan naik menjadi 25% pada 1 Agustus jika tidak ada kesepakatan, sedikit lebih tinggi dari 24% yang ditetapkan pada April lalu.

Meski utusan perdagangan Ishiba, Ryosei Akazawa telah tujuh kali berkunjung ke Washington, kesepakatan belum kunjung tercapai. Hal ini meningkatkan kemungkinan tarif akan naik pada awal bulan depan, sesuai dengan surat yang dikirim Trump kepada Ishiba pada awal Juli. 

"Saya pikir kita mungkin akan mengikuti isi surat tersebut dengan Jepang," kata Trump kepada wartawan pada Rabu (16/7/2025).

Perundingan masih berlangsung, di mana Akazawa berbicara dengan Menteri Perdagangan Howard Lutnick melalui telepon pada Kamis (17/7/2025) pagi.

Namun, tampaknya kecil kemungkinan kesepakatan akan diumumkan sebelum Jepang menggelar pemungutan suara pada Minggu, yang berpotensi mengurangi suara mayoritas Ishiba di parlemen yang kurang berkuasa.

Selain ekspor ke AS turun, laporan itu menunjukkan ekspor ke China juga berkurang 4,7%, sedangkan ke Eropa meroket 3,6%.

Menurut Kemenkeu, nilai tukar yen terhadap dolar AS rata-rata 144,04 pada Juni, 8% lebih kuat dibandingkan tahun sebelumnya. Keperkasaan yen cenderung memangkas nilai angka perdagangan dalam denominasi dolar saat dikonversi ke mata uang Jepang.

Neraca perdagangan Jepang kembali surplus untuk pertama kalinya dalam tiga bulan, sebesar ¥153,1 miliar (US$1 miliar). Impor naik tipis 0,2%.

Namun, melihat ke depan, dampak dari rentetan tarif Trump kemungkinan besar akan semakin parah, mengancam kemajuan yang telah dicapai Tokyo dalam membangun siklus harga, upah, dan pertumbuhan yang positif.

Meski mayoritas ekonom masih memperkirakan ekonomi pada kuartal sebelumnya tumbuh, sekitar setengah dari analis yang disurvei memproyeksikan kontraksi pada kuartal kedua atau ketiga.  

"Jika tarif resiprokal dinaikkan menjadi 25%, dampaknya pada ekspor selain otomotif juga akan signifikan, berpotensi menekan laba perusahaan dan membebani bonus musim dingin serta kenaikan upah tahun depan," papar Minami.

(bbn)

No more pages