Namun dalam beberapa tahun terakhir, lembaga ini memicu kontroversi setelah mulai memasukkan kebijakan pemerintah yang lebih agresif dalam transisi energi bersih ke dalam proyeksi jangka panjangnya.
IEA memperkirakan permintaan minyak global akan mencapai titik puncaknya dalam dekade ini, seiring meningkatnya populasi kendaraan listrik dan upaya global untuk menekan emisi serta menghadapi perubahan iklim.
“Itu benar-benar omong kosong,” kata Wright di sela Pennsylvania Energy and Innovation Summit di Universitas Carnegie Mellon, Pittsburgh.
Dia menambahkan dirinya telah berdialog langsung dengan Direktur Eksekutif IEA, Fatih Birol.
IEA belum merespons permintaan komentar atas pernyataan tersebut.
Namun sebelumnya, lembaga ini telah mendorong pendekatan proyeksinya dan menyatakan pada Maret 2024 bahwa skenario yang mereka buat berdasarkan asumsi berbeda tentang bagaimana sistem energi bisa berkembang dari waktu ke waktu.
Kritik Wright terhadap lembaga yang mendapat pendanaan jutaan dolar dari AS ini mencerminkan arah kebijakan energi pemerintahan Donald Trump yang condong pada bahan bakar fosil.
Pemerintah Trump turut skeptis terhadap isu perubahan iklim dan berbagai regulasi lingkungan yang diadopsi pemerintahan sebelumnya.
Tahun lalu, IEA juga mendapat tekanan dari sejumlah politisi Partai Republik, termasuk Senator John Barrasso dari Wyoming, yang menyebut lembaga tersebut telah berubah menjadi “pendukung transisi energi” dan menilai model permintaan energi jangka panjang IEA bias.
“Tidak lagi memberikan penilaian yang seimbang terhadap kebijakan energi dan iklim bagi para pengambil keputusan,” kata John.
(bbn)

































