Pada 2024, perusahaan membeli Island Hospital Sdn. Bhd. di Malaysia. Unitnya di Turki, Acibadem, dan afiliasinya di India, Fortis Healthcare juga mengakuisisi rumah sakit di pasar masing-masing dalam dua tahun terakhir.
Perusahaan ini memiliki kapitalisasi pasar sebesar US$14 miliar dan merupakan operator rumah sakit terdaftar paling berharga di Asia Tenggara. Keinginan untuk memperluas ekspansi di kawasan ini muncul karena IHH berusaha mengatasi kenaikan biaya impor di industri ini.
Prem menyebut grupnya tengah membeli peralatan medis, bahan habis pakai, dan obat-obatan generik dalam jumlah besar untuk mengurangi biaya impor.
Dia menambahkan, IHH juga berencana memperkuat eksistensinya di China. Perusahaan telah mengubah bisnis kliniknya menjadi operasi yang menguntungkan dan mencatat peningkatan jumlah pasien di rumah sakitnya di Shanghai.
Namun, pelonggaran pembatasan investasi asing di sektor kesehatan oleh China tidak akan serta merta mendorong IHH berekspansi lebih jauh di negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut.
"Di China, sektor publik merupakan pesaing yang sangat besar bagi layanan kesehatan swasta," ujarnya. "Kami adalah operator asing satu-satunya di China yang memiliki kombinasi klinik dan ekosistem, jadi kami akan mengembangkannya."
Prioritas perusahaan juga mencakup memanfaatkan peluang yang terus berkembang di pasar eksisting, di mana mereka telah berkomitmen untuk meningkatkan kapasitas tempat tidur rumah sakit sebesar 33% dari tahun 2024 hingga 2028—target 4.000 tempat tidur.
"Peluang di negara-negara tempat kami beroperasi sangat besar," beber Prem.
Di Luar RS
IHH membukukan pendapatan kuartal pertama sebesar 6,29 miliar ringgit atau sekira Rp24 triliun, meningkat 5,7% dari tahun sebelumnya. Laba bersihnya turun 33% menjadi 514 juta ringgit, yang perusahaan atribusikan pada penyesuaian akuntansi luar biasa.
Singapura, Turki, dan Malaysia saat ini merupakan kontributor pendapatan utama. Namun, perusahaan memperkirakan India akan menjadi penyumbang utama pada tahun-tahun mendatang di tengah lonjakan permintaan layanan kesehatan swasta. Dengan 35 rumah sakit, India sudah memiliki jaringan IHH terbesar di dalam negeri.
Prem mengaku ia fokus pada pengembangan layanan kesehatan di luar rumah sakit di grup IHH—termasuk pusat bedah dan perawatan rawat jalan, serta pusat perawatan primer—untuk membantu mengendalikan tekanan biaya. Grup ini sekarang mengoperasikan 60 fasilitas kesehatan non-rumah sakit.
"Jika kita hanya bergantung pada rumah sakit, biaya kesehatan akan melonjak drastis," tuturnya.
Prem menambahkan bahwa Singapura sudah memiliki ekosistem seperti itu, sementara Hong Kong sedang menuju ke arah itu. Namun, pasar domestiknya, Malaysia, tidak mengizinkan operator rumah sakit untuk juga mengelola fasilitas kesehatan lainnya.
IHH berencana mengajukan permohonan kepada Kementerian Kesehatan Malaysia dengan harapan aturan tersebut akan diubah. "Kami tentu ingin bergerak, di Malaysia, ke sektor layanan kesehatan di luar rumah sakit secara besar-besaran juga," ucapnya.
Harga saham IHH turun 8,4% sepanjang tahun ini, sementara indeks saham acuan Malaysia drop sekitar 7% di tengah kekhawatiran akan tarif AS.
(bbn)
































