Media lokal melaporkan, di wilayah Guangxi, China selatan, lebih dari 400 siswa dan guru terperangkap di daerah setempat akibat banjir parah yang dipicu oleh hujan deras.
Lebih jauh ke utara, transportasi umum dan sekolah di beberapa wilayah Provinsi Hubei ditutup karena banjir menggenangi daerah tersebut. Di Henan, provinsi tetangga, hujan ekstrem singkat menyebabkan beberapa orang hilang, di mana lima orang dikonfirmasi meninggal dunia.
Ibu kota China, Beijing, mengaktifkan tanggap darurat banjir di seluruh kota hari ini, Rabu (2/7/2025), mendesak lembaga-lembaga pemerintah untuk memantau curah hujan dan bersiap menghadapi pencegahan banjir.
Provinsi Shanxi dan Shaanxi, yang mengeluarkan peringatan bencana banjir bandang, meminta pemerintah setempat untuk memeriksa lokasi-lokasi yang rawan dan merelokasi penduduk untuk menghindari risiko.
Berdasarkan laporan Pusat Meteorologi Nasional pada Selasa, beberapa wilayah Shaanxi, bersama dengan Sichuan, Gansu, dan wilayah Tibet, diperkirakan akan mengalami hujan lebat lebih lanjut pekan ini, dengan curah hujan kumulatif di beberapa daerah diperkirakan melebihi 400 milimeter.
Curah hujan yang berlebihan berpotensi membanjiri ladang-ladang pertanian di sebagian wilayah timur laut China, yang merupakan lumbung pangan negara ini, di mana jagung dan kedelai sedang dalam masa pertumbuhan kritis.
Badan meteorologi dalam laporan terpisah pada Senin mengatakan bahwa tanaman di bagian selatan juga terancam oleh akar yang lemah dan penyebaran hama akibat hujan berlebihan dan kurangnya sinar matahari.
(bbn)
































