Logo Bloomberg Technoz

Capaian kinerja rupiah pada Juni juga menjadi penguatan terkecil di Asia, meski masih lebih baik dibanding peso, dolar Hong Kong, yen dan rupee yang melemah pada periode tersebut.

Selama Juni, rupiah bergerak rata-rata di kisaran Rp16.298/US$, dengan level terkuat ada di Rp16.205/US$ pada 26 Juni lalu. Sedangkan level terlemah rupiah pada Juni terjadi pada 23 Juni ketika nilainya ambles ke posisi Rp16.485/US$.

Kinerja langka

Capaian rapor kinerja yang 'hijau' oleh rupiah di bulan Juni, terbilang langka karena dalam lima tahun terakhir setiap bulan keenam saban tahun rupiah selalu melemah terhadap dolar AS akibat faktor musiman kenaikan permintaan valas.

Sementara menghitung selama tahun ini (year-to-date), kinerja rupiah masih 'merah' dengan pelemahan 0,84%, terburuk kedua di Asia pada 2025 setelah dolar Hong Kong yang melemah 1,04% pada periode sama.

Kinerja rupiah selama Juni membukukan penguatan 0,32%, lebih kecil dibanding Mei sebesar 1,91% (Riset Bloomberg Technoz)

Adapun di pasar offshore, pergerakan rupiah Nondeliverable Forward (NDF) mencetak penguatan lebih besar selama Juni dibanding di pasar spot. 

Sampai sore ini ketika bursa Eropa mulai aktif, rupiah NDF di pasar mancanegara bertengger di kisaran Rp16.254/US$. Dengan demikian, rupiah offshore mencetak penguatan 0,81% dibanding posisi akhir Mei lalu.

Pelemahan dolar Amerika di pasar global menjadi faktor terbesar yang memberi dukungan bagi rupiah untuk lebih kuat bergerak. Selama Juni, indeks dolar alias DXY mencatat pelemahan hingga 2,14%.

Rupiah mungkin bisa menguat lebih banyak bila saja tak terjegal turbulensi pasar yang sempat meningkat tajam akibat pecah perang Israel versus Iran pada 13 Juni lalu dan berlangsung sampai 12 hari lamanya.

Tekanan jual asing

Capaian penguatan rupiah selama Juni yang lebih kecil dibandingkan bulan sebelumnya, juga dipengaruhi salah satunya oleh hilir mudik aliran modal asing di pasar portofolio. 

Mengacu data Bloomberg yang mengkompilasi dari data otoritas, selama Juni ini hingga transaksi 26 Juni lalu, asing masih mencatat nilai penjualan bersih di saham senilai US$ 489,3 juta atau sekitar Rp7,94 triliun.

Nilai penjualan saham domestik oleh investor asing selama Juni tersebut mengalahkan nilai net sell pemodal global di bursa Malaysia yang sebesar US$ 321 juta juga Thailand sebesar US$ 247,4 juta.

Tekanan jual asing yang membesar di pasar saham domestik selama Juni, berkebalikan dengan yang terjadi pada bulan Mei lalu. Pada bulan Mei, investor asing mencetak posisi beli bersih di saham RI senilai Rp5,5 triliun.

Hal serupa juga terlihat di pasar Surat Berharga Negara (SBN). Selama bulan Juni sampai data perdagangan terakhir dirilis per 25 Juni, investor global membukukan posisi net sell bulanan untuk pertama kalinya dalam tujuh bulan di SBN. 

Global fund membukukan net sell senilai US$ 523,8 juta, sekitar Rp8,95 triliun month-to-date. Padahal dalam enam bulan berturut-turut sejak Desember lalu, asing selalu mencetak net buy bulanan. Malah pada Mei lalu, asing mencetak pembelian bersih SBN senilai Rp26,1 triliun, pembelian bulanan terbesar sejak Agustus 2024 silam.

Mulai getolnya asing mengurangi posisi di SBN pada Juni, menjegal rekor enam bulan berturut-turut. Meski begitu, sepanjang tahun ini, posisinya masih beli bersih senilai US$2,45 miliar, sekitar Rp39,82 triliun.

(rui)

No more pages