Logo Bloomberg Technoz

Chief Investment Officer (CIO) Danantara Pandu Sjahrir menambahkan instansinya masih akan mengevaluasi proyek-proyek besar yang memiliki nilai tambah, tidak terkecuali Proyek Dragon.

Terkait dengan nilai investasi yang akan diinjeksi, Pandu menyebut pembahasan belum masuk tahap tersebut.

“Kalau dari sisi kita pasti mengevaluasi semua proyek seperti ini, ‘ini bagus, banyak nilai tambahnya, banyak job creation-nya’. Tentu kita akan evaluasi dan semuanya secara komersial [akan] dilihat,” kata Pandu.

Di sisi lain, Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara (Minerba) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tri Winarno menyebut Danantara akan menyuntik dana sebesar US$50 juta ke proyek baterai kongsian CATL-IBC tersebut.

“Setahu saya US$50 juta dolar, kecil lah, chip in ke proyek,” kata Tri Winarno ditemui secara terpisah di agenda peresmian tersebut. 

Sebelumnya, Menteri ESDM Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menyebut masuknya Danantara ke Proyek Ekosistem Baterai Kendaraan Listrik ini diharapkan dapat menambah porsi saham pemerintah di lini hilirnya.

Secara total, terdapat enam subproyek yang dikembangkan di Proyek Dragon. Lima di antaranya berlokasi di Kawasan FHT Halmahera Timur, Maluku Utara dan satu proyek lainnya di Karawang, Jawa Barat.

Proyek ini termasuk dalam daftar Proyek Strategis Nasional (PSN) dengan nilai investasi sebesar US$5,9 miliar. Kawasan pengembangan mencakup lahan seluas 3.023 hektare (ha), dengan potensi serapan tenaga kerja langsung mencapai 8.000 orang serta pembangunan 18 dermaga multifungsi. 

Untuk mendukung efisiensi dan keberlanjutan, proyek ini akan memanfaatkan kombinasi sumber energi seperti PLTU 2×150 MW, PLTG 80 MW, pembangkit dari waste heat sebesar 30 MW, dan pembangkit tenaga surya berkapasitas 172 MWp di Halmahera Timur.

Adapun, fasilitas pabrik baterai di Karawang juga akan mengadopsi pembangkit tenaga surya berkapasitas 24 MWp.

Di Karawang, proyek melibatkan pembangunan pabrik baterai lithium-ion yang merupakan hasil kerja sama antara IBC dan Konsorsium CBL melalui perusahaan patungan bernama PT Contemporary Amperex Technology Indonesia Battery (CATIB).

Kapasitas tahap pertama dirancang mencapai 6,9 GWh dan ditargetkan mulai beroperasi pada akhir 2026, dengan rencana ekspansi hingga 15 GWh pada tahap kedua.

Pabrik ini akan memproduksi baterai untuk kendaraan listrik dan sistem penyimpanan energi (battery energy storage), baik untuk kebutuhan domestik maupun ekspor.

Di Halmahera Timur, pengembangan mencakup lima subproyek utama, yaitu tambang nikel; smelter pirometalurgi dengan kapasitas 88.000 ton refined nickel alloy per tahun mulai 2027; dan smelter hidrometalurgi 55.000 ton MHP per tahun mulai 2028.

Selanjutnya, produksi bahan katoda nikel-kobalt-mangan 30.000 ton NCM per tahun mulai 2028; serta fasilitas daur ulang baterai 20.000 ton material termasuk nikel, kobalt, mangan, litium, dan litium karbonat per tahun mulai 2031.

Kelima proyek tersebut dikembangkan dalam kerja sama antara Antam dan Hong Kong CBL Limited (HK CBL) melalui perusahaan patungan PT Feni Haltim.

(art/wdh)

No more pages