Survei Appdome’s 2024 Mobile Consumer Security Survey mengungkap bahwa 58% konsumen global menempatkan fraud mobile sebagai kekhawatiran utama mereka. Di Indonesia, kekhawatiran ini semakin nyata: serangan phishing, aplikasi palsu, dan teknik social engineering canggih kerap menipu pengguna untuk menyerahkan kredensial atau data biometrik. Bagi pelaku bisnis mobile banking, fintech, dan e-commerce, fenomena ini mengancam reputasi dan pendapatan. “Investasi besar-besaran dalam keamanan dan verifikasi pengguna menjadi keniscayaan,” ujar Jan.
Sektor e-commerce, misalnya, mencatat peningkatan insiden penipuan melalui aplikasi tiruan (“fake apps”) yang dirancang meniru antarmuka resmi. Akibatnya, konsumen enggan melakukan transaksi online, justru beralih ke metode cash-on-delivery yang lebih aman menurut persepsi mereka, namun berpotensi meningkatkan biaya operasional pelaku usaha.
Deteksi dan Pencegahan: Pergeseran dari Reaktif ke Proaktif
Mengandalkan respons setelah insiden terjadi saja tidak lagi memadai. “Perlindungan biometrik harus bersifat proaktif—memprediksi dan mencegat serangan deepfake sebelum merusak proses autentikasi,” tegas Jan. Salah satu pendekatan mutakhir adalah AI-Native Deepfake Defense oleh Appdome, yang memonitor setiap titik intersepsi di dalam aplikasi mobile untuk mencegah injeksi deepfake, pemalsuan sinyal autentikasi, dan gangguan proses biometrik secara real-time.
Karena teknologi ini bekerja langsung di dalam aplikasi, pelaku siber tidak memiliki celah untuk memasang alat perusak (man-in-the-middle) atau memanipulasi proses pengenalan wajah maupun suara. Pendekatan multi-vector ini menggabungkan analisis perilaku, verifikasi konten biometrik, dan deteksi anomali berbasis AI.
Teknologi Tanpa Coding dan Tanpa SDK Tambahan
Keunggulan lain dari solusi Appdome adalah no-code integration: lebih dari 300 pertahanan aplikasi mobile dapat ditanamkan tanpa menulis satu baris kode pun atau menambahkan SDK eksternal. Semua dijalankan melalui AI-based coding engine yang dipatenkan, sehingga tim pengembang dapat fokus pada fitur aplikasi tanpa terganggu urusan keamanan.
Fitur utama meliputi:
- AI-Driven Automation: Mengotomatiskan analisis dan penentuan respons ancaman.
- Continuous Compliance: Memastikan aplikasi selalu sesuai standar regulasi keamanan terkini.
- Real-Time Threat Intelligence: Mendapatkan pembaruan ancaman terbaru dan merespons secara instan.
“Pendekatan ini memungkinkan bisnis mobile untuk mengintegrasikan pertahanan siber canggih tanpa menambah beban tim pengembangan atau infrastruktur baru,” jelas Jan.
Implikasi bagi Regulator dan Industri
Otoritas seperti Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) dan Bank Indonesia tentu menyambut baik adopsi teknologi proteksi biometrik canggih. Ke depan, regulasi terkait keamanan aplikasi finansial dan e-commerce kemungkinan akan mewajibkan penerapan proteksi deepfake atau setidaknya sertifikasi keamanan yang mencakup skenario serangan AI. Hal ini juga mendorong kolaborasi antara regulator, penyedia teknologi, dan pelaku industri untuk menyusun pedoman teknis yang komprehensif.
Bagi pelaku usaha, investasi dalam AI-Native Deepfake Defense dan keamanan biometrik menjadi bagian dari strategi mitigasi risiko jangka panjang. Pelaporan insiden, audit keamanan berkala, dan pembaruan protokol autentikasi akan semakin diutamakan.
Masa Depan Keamanan Mobile di Indonesia
Seiring pertumbuhan ekonomi digital yang diperkirakan melampaui US$130 miliar, keamanan aplikasi mobile tidak boleh diabaikan. Jan Sysmans menekankan bahwa “kemudahan pengguna tidak boleh mengorbankan keamanan,” dan solusi inovatif seperti AI-Native Deepfake Defense dapat menjaga kedua aspek tersebut berjalan seiring.
Dengan pertumbuhan transaksi mobile yang kian masif, pelaku bisnis dan regulator Indonesia memiliki tugas bersama: memastikan bahwa autentikasi biometrik tetap menjadi pertahanan yang andal, bukan justru celah bagi penyerang berbasis AI. Melalui adopsi teknologi proaktif, otomasi cerdas, dan kolaborasi lintas sektor, Indonesia dapat mempertahankan keunggulan digitalnya sekaligus melindungi konsumen dari ancaman deepfake yang terus berkembang.
(tim)
































