Logo Bloomberg Technoz

Adapun hasil pemeriksaan THT memperlihatkan adanya bulir-bulir di tenggorokan J. Merujuk hasil itu, anak balita ini disarankan untuk dibawa ke dokter senior di RSCM berinisial P. 

Pemeriksaan lanjutan kemudian dilakukan oleh dokter tersebut pada 23 Oktober 2024 lalu. 

Adam menjelaskan, pada pemeriksaan pertama, dokter yang menyandang gelar profesor itu langsung menyarankan prosedur endoskopi tanpa sama sekali memeriksa tubuh J, bahkan tanpa menyentuh tubuh J. 

”Hanya duduk di meja sambil mengetik dan melihat hasil dari THT,” ungkap dia. 

Adam juga menyebut dirinya tak bisa menolak saran dokter P. Namun, seusai berkonsultasi dengan keluarga, Adam mengaku sempat menanyakan mengapa anaknya yang belum genap berusia satu tahun harus diendoskopi. 

Selanjutnya, endoskopi pertama dilakukan pada 1 November 2024 lalu. Hasilnya menunjukkan adanya GERD yang cukup parah.

Setelah endoskopi pertama, J melakukan kontrol rutin atau rawat jalan dengan dokter P. Di awal kontrol, kata Adam, kondisi J masih relatif baik. 

Namun, pekan kedua dan ketiga seusai endoskopi, J kembali memperlihatkan gejala awal seperti sebelum dilakukan endoskopi, yakni sering muntah. ”Bahkan, frekuensi muntahnya menjadi lebih sering,” tutur Adam. 

Kemudian endoskopi kedua dilakukan pada 13 Desember 2024. Adam sempat berharap kondisi anaknya membaik, tapi yang terjadi justru sebaliknya yaitu kondisi J memburuk akibat peradangan pada usus. 

Singkat cerita, kondisi J terus memburuk pasca endoskopi kedua. Adam menyebut J sering muntah setiap kali diberikan susu. 

Puncaknya, kondisi J makin memburuk dengan intensitas muntah lebih tinggi dan terus menangis dan merintih kesakitan setiap saat. Saat itu Adam terus menanyakan kepada suster perihal keberadaan dokter P.

Hingga akhirnya J dibawa ke PICU di RSCM menggunakan ambulans karena kondisinya yang sudah gawat dan kritis. Seusai dilakukan serangkaian tes medis, tim dokter yang menangani J menduga adanya kebocoran usus, sehingga perlu dilakukan tindakan darurat sebelum terlambat.

”Operasi kemudian dilakukan dan terkonfirmasi memang terjadi kebocoran pada usus,” ujar Adam. 

Esok hari setelah operasi dilakukan, dia mendapat kabar bahwa anaknya mengalami sepsis berat dengan indikasi gagal jantung, gagal paru, dan gagal ginjal. Kondisi tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan tindakan terakhir yakni cuci darah nonstop selama 72 jam guna membantu ginjal dan membersihkan darah dari racun. 

Adam menyebut J menjalani perawatan total selama kurang lebih 40 hari di RSCM. ”Total ada 3 kali operasi, lalu bulan April kemarin Operasi ke 4 untuk penutupan Stoma," ungkap dia. 

Tindakan endoskopi tersebut serta lalainya dokter P dalam mendeteksi dini kebocoran usus J sampai akhirnya terjadi beberapa kegagalan organ dan harus menjalani berkali-kali operasi yang dipersoalkan Adam, sehingga dia mengadukannya ke Majelis Disiplin Profesi (MDP). Dia berharap MDP membuat keputusan yang adil bagi dokter senior yang telah membuat hampir kehilangan nyawa anaknya.

Berdasarkan pantauan Bloomberg Technoz, MDP menggelar sidang ihwal adanya pengaduan dugaan malpraktik oleh dokter P di RSCM. Sidang ini bersifat tertutup dan dijaga ketat oleh beberapa satpam. 

Sebelum sidang itu dimulai, tampak Hariz Azhar dan tim kuasa hukum hadir bersama keluarga korban pada pukul sekitar 13.20 WIB. Hingga sekarang pukul 16.06, sidang masih digelar.

(far/spt)

No more pages