“Jadi [harga minyak Brent] US$67/barel sekarang ya. Kemarin sudah di US$78/barel. Asumsi APBN kita itu kan US$82/barel. Dalam waktu beberapa bulan terakhir belum sampai pada angka US$75/barel pun belum ada,” ujarnya.
Dalam kaitan itu, Bahlil juga menyebut pemerintah telah berkomunikasi dengan beberapa menteri ekonomi dunia termasuk menteri energi untuk membicarakan pergerakan harga minyak hingga kondisi perang.
“Jadi apa yang hari ini terjadi belum tentu besoknya seperti ini. Kita lihat perkembangannya lagi, baru kemudian kita bisa melakukan kajian,” ucapnya.
Diberitakan sebelumnya, harga minyak terus merosot setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan gencatan senjata sementara antara Iran dan Israel.
Minyak mentah Brent untuk pengiriman Agustus turun sebanyak 5,3% menjadi US$67,70/barel, dan diperdagangkan pada harga US$68 pada pukul 2:37 siang di Singapura. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus turun 5% menjadi US$65,05/barel.
Penurunan ini—yang terjadi setelah sesi fluktuatif pada Selasa berakhir dengan penurunan tajam—membawa harga minyak ke bawah level 12 Juni, sehari sebelum Israel menyerang Iran.
Dalam langkah yang akan menurunkan premi risiko minyak mentah, Trump mengatakan Israel dan Iran telah sepakat untuk "gencatan senjata total dan menyeluruh," yang akan dimulai sekitar tengah malam waktu New York, menurut unggahannya di Truth Social.
Pasar minyak global terguncang oleh krisis Timur Tengah karena khawatir konflik tersebut mengganggu pasokan dari wilayah yang memproduksi sekitar sepertiga minyak mentah dunia.
Harga awalnya melonjak, lalu anjlok seiring berlanjutnya ketegangan, di mana Israel, Iran, dan AS menghindari serangan terhadap infrastruktur minyak dan lalu lintas kapal yang terus melewati Selat Hormuz dengan gangguan kecil.
"Para pedagang kini sangat yakin risiko gangguan pasokan sekarang benar-benar berlalu," kata Chris Weston, kepala riset Pepperstone Group Ltd.
"Prospek konflik berkepanjangan dengan keterlibatan AS telah direvaluasi, memberikan lampu hijau untuk menambah risiko dan mengurangi lindung nilai risiko yang sudah dimiliki."
Gencatan senjata sementara di Timur Tengah—jika berlaku dan bertahan—mungkin akan mengembalikan fokus utama pedagang ke fundamental pasar minyak mentah.
Ada ekspektasi besar bahwa pasokan minyak akan melampaui permintaan pada paruh kedua tahun ini, yang memacu peningkatan cadangan global.
(mfd/wdh)



























